Langsung ke konten utama

Postingan

Tuhan dan Si 'Banyak Minta'

P ikiranku berbisik, ‘Tuhan mengacuhkanmu’ katanya. Apa karena aku yang terlalu banyak berkeluh kesah? atau-Tuhan memang tak punya kata-kata untuk menjawabku atau aku sendiri yang tak punya kata untuk mengutarakan kebodohanku Aku memalingkan wajahku, seolah aku  tak tahu dosa apa yang sudah ku lakukan. Seseorang pernah berkata, "Setiap manusia memiliki takaran dosa mereka masing-masing" Bagaimana jika keimanan seorang pelacur disamakan dengan keimanan para ulama besar? Lalu pikiranku berbisik lagi, ‘ Tuhan masih mengacuhkanmu’ Hari ini aku mengatakan, jika aku menginginkan orang yang kucintai Tak ada balasan dari Tuhan, Aku memelas,  "Aku menginginkannya, Tuhan" Tapi Tuhan tak menyatukan kami Apa? Tuhan tak mengizinkan kita bersatu Tidak! Tuhan selalu bertolak belakang denganku. aku diam, aku tak lagi meminta Tuhan juga diam, seperti biasa Aku merenung, tiba-tiba hatiku berbisik  ‘Kau –apa sudah tidak butuh Tuhan’ Katan

SAKURA (Masih Ada Hati yang Tersisa dalam Duniaku)

            Ingatkah dengan pepatah ini ‘Sudah jatuh tertimpa tangga pula’ Lalu, bagaimana jika yang ku rasakan ‘Sudah jatuh tertimpa cinta pula’. Ya, di seperempat abad usiaku aku baru mengalami masa pubertas. Seperti terjerembab jurang yang dalam, aku berharap terlalu tinggi hingga terpeleset ke dalamnya.             Cinta memang tidak salah, namun penggunanya yang salah. Salahkah jika gadis yang terkurung di dalam sel rumah sakit mencintai seseorang? Melihatnya seperti remaja menyukai bias-bias mereka. Aku hanya menatapnya selama 20 tahun ini.             Sakura, di lihat dari namaku kalian mungkin membayangkan aku seindah bunga sakura, aku sempurna layaknya sakura. Kalian salah, aku adalah si gila. Hanya ungkapan “Gila” yang selalu menggema di telingaku.  “ Sakura kau anak si pendosa! Kau dan Ibumu itu gila! Gila!”                           Aku hanya menelan kenyataan itu mentah-mentah, seperti yang orang bilang, apapun yang orang lain nilai tentangmu akan ber

Sajakku, Diammu

course pict : pinterest S ajak tujuh seuntai yang ku senandungkan padamu, Dengan segenap jiwaku, yang terbelenggu Seketika wajahmu meremang, Sayangku... Lebam di hatimu tak pernah sirna meski berulang kali ku cumbu Dengarlah Wahai Sayangku.., sajakku ini ialah pelapis rindu Meski tinta biru menjelma menjadi air abu Meski bianglala menjadi warna-warna kelabu Tetap ku tuliskan puing rindu ini, hanya padamu Dibalik temaram, akan ku syairkan sajak ini dalam tidurmu Esok kau akan terbangun, meski hanya temukan siluet terbungkus belacu Meski begitu Sayangku... Sekeras apa pun aku meraung, diammu memekakan sajakku Jangan begitu, Sayangku... Masih tersisa sekuncup harapan yang ku mekarkan disandingmu, Sayangku, tak ku dengar lagi bisik hatimu yang menderu Kini, jelaslah sudah, kau larung aku tanpa ragu. original Ayuni Kurnia 

Surat untuk NKRI

course pict : pinterest   B erliter darah mengarungi jalan metropolitan kotor Dari kerja rodi, hingga longlongan proklamator Dari kasus alu celurit, hingga jeruji besi dipenuhi tikus kantor Dari krisis moneter , hingga seruan reformasi Hakim hanya mengetuk palu, tak menghapus masa lalu Meski bermilyar keringat menetes, pertiwiku tetaplah sama Kata reformasi seolah hanya angin lalu di tangan para benalu Para jejak kotor berdasi, meninggalkan tapak kaki kebringasan Inikah yang kita sebut keajaiban reformasi? Tahukah jika terlalu banyak metafora di tanah pertiwi ini? Ego diri mulai membenamkan kejujuran  dalam nadi  Hanya ada gema perut-perut rakus yang mencari mangsanya Sayangnya, denyut waktu masih tertancap kuat di tangan pembabat Sayangnya, kecamuk alam ini tak terdengar oleh telinga kotor mereka Inikah yang kita sebut pembenahan diri? Mesin waktu tak mungkin bisa diulang, bumi kita kini sudah telanjang ! Melihat darah merah

Derai Hujan di Malam Semu

source pic : pinterest M alam ini,  di kota kelam ku Hingar bingar perkotaan melumat keheningan ku Kalimat esoteris yang kau bisikkan terngiang dalam te m aram kalbu Keselarasan antara nostalgia dan nyata begitu semu Aku,  sang penjelajah hati terbelenggu tirai kelabu Hujan malam itu,  melebur sunyi Kau bagaikan sampan yang berlabuh lalu pergi Kau bagaikan angin yang berlalu dalam sepi Dirimu yang tak pernah kembali meski ku teriaki Dirimu yang singgah,  begitu menyakitkan bak gerigi Semesta mengasihani derai hujan Kehampaan menerpa jejak yang dulu berjejaran Tapi Mengapa kini  kita saling berkejaran Semesta mengabadikan derai hujan Meski air mata mengoyak tubuhku yang terbalut rajutan Tetap saja ilusimu sangat mengusik keheningan Bahkan bayanganmu, Bayangan surammu, ku harap tersapu bersama derasnya derai hujan Malam ini, di kota kelamku. Yogyakarta, 8 Agustus 2019

Ketika kamu tersenyum

Source : pinterest Ketika kamu tersenyum, sajak ku bergetar melihat kelamnya Aku terenyak, mendengar  tawamu yang bergejolak lara Aku membisu, melihat gelisahmu yang tersembunyi di balik dermaga Ketika jiwa perasa lain terjaga, hanya jiwamu seorang yang masih terlelap *** Ketika kamu tersenyum, manis bercampur sendu sungguh mengoyak indraku Aku tahu, jika Sang Amor tak pernah datang mencumbu tidurmu Aku tahu, petala alam semesta bahkan tak sedalam hati dan egomu Air beriak, api memanas, embun mengudara, dan dirimu hanya tahu membisu *** Ketika kamu tersenyum, birunya langit seketika menjadi kelabu Terus saja terbelenggu dalam nostalgiamu Dunia fiksi yang kau ciptakan akan luruh saat kau terbangun Saat kamu tersenyum,aku akan mendekap dan menyuarakan dalam semu “sepuluh tahun yang lalu, aku ada bersamamu”

Tentangku dan Rasa

Source pic by : pinterest Dulu aku sempat berpikir jika manusia memang terlahir dengan kesempurnaan mereka masing-masing. Namun pada akhirnya aku menyadari, jika tidak ada satu orang pun yang memiliki kesempurnaan sedetil-detilnya. Jika memikirkan kita terlahir sempurna itu termasuk pelanggaran ketaqwaan kepada sang pencipta. Maka berlagak seolah kita sempurna adalah pelanggaran terbesarnya. Maka dari itulah, kehidupan ku yang porak poranda. Jiwaku yang terkekang, dan hatiku yang lama mati rasa, adalah bentuk dari ketidak sempurnaan yang di berikan oleh-Nya. Rasanya berat berbagi serpihan kisah ini, dan menuangkan kisahnya dalam bentuk tulisan. Namun, ku kuatkan tekadku untuk menceritakannya. Karena bagiku, ini bukanlah kisah dramastis ala bollywood maupun drama korea yang penuh dengan fantasi. Kisah ini, ku tuangkan penuh ketulusan, dan rasa syukur karena ku harap dapat menginspirasi semua orang. Aku bukanlah gadis periang yang acuh terhadap semua cobaan, aku kera