course pict : pinterest |
Berliter darah mengarungi jalan metropolitan kotor
Dari kerja rodi, hingga longlongan proklamator
Dari kasus alu celurit, hingga jeruji besi dipenuhi tikus
kantor
Dari krisis moneter , hingga seruan reformasi
Hakim hanya mengetuk palu, tak menghapus masa lalu
Meski bermilyar keringat menetes, pertiwiku tetaplah sama
Kata reformasi seolah hanya angin lalu di tangan para benalu
Para jejak kotor berdasi, meninggalkan tapak kaki kebringasan
Inikah yang kita sebut keajaiban reformasi?
Tahukah jika terlalu banyak metafora di tanah pertiwi ini?
Ego diri mulai membenamkan kejujuran dalam nadi
Hanya ada gema perut-perut rakus yang mencari mangsanya
Sayangnya, denyut waktu masih tertancap kuat di tangan
pembabat
Sayangnya, kecamuk alam ini tak terdengar oleh telinga kotor
mereka
Inikah yang kita sebut pembenahan diri?
Mesin waktu tak mungkin bisa diulang, bumi kita kini sudah
telanjang !
Melihat darah merah yang membara seperti api naraka
Air nirwana tak akan pernah mengaliri tanah mereka yang terbengkalai
Nyatanya tangisan pertiwi bukanlah ilusi
Kusampaikan surat NKRI ini atas dasar perubahan negeri...
original puisi by : Ayuni Kurnia Wulandari
Komentar