Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label klasik

Joko Pinurbo "Celana Ibu"

      Maria sangat sedih menyaksikan anaknya mati di kayu salib tanpa celana dan hanya berbalutkan sobekan jubah yang berlumuran darah. Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang ke kubur anaknya itu, membawa celana yang dijahitnya sendiri dan meminta Yesus mencobanya. “Paskah?” tanya Maria. “Pas!” jawab Yesus gembira. Mengenakan celana buatan ibunya, Yesus naik ke surga. (Joko Pinurbo: 2004)

W.S RENDRA "Sajak-Sajak Cinta"

  Setiap ruang yang tertutup akan retak karena mengandung waktu yang selalu mengimbangi Dan akhirnya akan meledak bila tenaga waktu terus terhadang Cintaku kepadamu Juwitaku Ikhlas dan sebenarnya Ia terjadi sendiri, aku tak tahu kenapa Aku sekedar menyadari bahwa ternyata ia ada Cintaku kepadamu Juwitaku Kemudian meruang dan mewaktu dalam hidupku yang sekedar insan Ruang cinta aku berdayakan tapi waktunya lepas dari jangkauan Sekarang aku menyadari usia cinta lebih panjang dari usia percintaan Khazanah budaya percintaan­ pacaran, perpisahan, perkawinan tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta Dan kini syairku ini Apakah mungkin merumuskan cintaku kepadamu Syair bermula dari kata, dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu lepas dari kamus, lepas dari sejarah, lepas dari daya korupsi manusia Demikianlah maka syairku ini berani mewakili cintaku kepadamu Juwitaku belum pernah aku puas menciumi kamu Kamu bagaika

Sajakku, Diammu

course pict : pinterest S ajak tujuh seuntai yang ku senandungkan padamu, Dengan segenap jiwaku, yang terbelenggu Seketika wajahmu meremang, Sayangku... Lebam di hatimu tak pernah sirna meski berulang kali ku cumbu Dengarlah Wahai Sayangku.., sajakku ini ialah pelapis rindu Meski tinta biru menjelma menjadi air abu Meski bianglala menjadi warna-warna kelabu Tetap ku tuliskan puing rindu ini, hanya padamu Dibalik temaram, akan ku syairkan sajak ini dalam tidurmu Esok kau akan terbangun, meski hanya temukan siluet terbungkus belacu Meski begitu Sayangku... Sekeras apa pun aku meraung, diammu memekakan sajakku Jangan begitu, Sayangku... Masih tersisa sekuncup harapan yang ku mekarkan disandingmu, Sayangku, tak ku dengar lagi bisik hatimu yang menderu Kini, jelaslah sudah, kau larung aku tanpa ragu. original Ayuni Kurnia 

Tangisan Batu Nisan

source pic :pinterest Puan , pernahkah kalian dengar kisah seorang gadis bernama Laksmi yang terlantar di reruntuhan kereta besi, kini gadis itu kian beranjak dewasa dan tumbuh dengan eloknya, laksana puncuk layu yang mekar kembali. Laksmi pernah mendengar kisahnya dari para tetuah kampung. Namun telinga bertabur kebohongan tak sepenuhnya ia percayai. Seorang kakek pincang berwajah muram, datang menyeka air matanya. “ Laksmi, Laksmi, aku yang memebesarkanmu cah ayu. Jangan dengarkan masyarakat yang tak tahu menahu, dengarkan apa sing ana ning jero atimu.” Ujar kakek  dengan logat jawa yang sudah di terjemahkan oleh Laksmi sendiri. Laksmi tak ingin berputus asa. Dia sudah mendengar sebagian kisahnya dari mulut kakek, dan aroma kemenyannya begitu menohok di hidung Laksmi. Kini waktunya untuk mengais potongan kisah sendiri, bukan dari bibir orang lain. Kampung itu begitu damai di malam hari, desiran halus angin malam membawa melodi syahdu bagi setiap warga yang bermimpi, na