Langsung ke konten utama

Postingan

Sajakku, Diammu

course pict : pinterest S ajak tujuh seuntai yang ku senandungkan padamu, Dengan segenap jiwaku, yang terbelenggu Seketika wajahmu meremang, Sayangku... Lebam di hatimu tak pernah sirna meski berulang kali ku cumbu Dengarlah Wahai Sayangku.., sajakku ini ialah pelapis rindu Meski tinta biru menjelma menjadi air abu Meski bianglala menjadi warna-warna kelabu Tetap ku tuliskan puing rindu ini, hanya padamu Dibalik temaram, akan ku syairkan sajak ini dalam tidurmu Esok kau akan terbangun, meski hanya temukan siluet terbungkus belacu Meski begitu Sayangku... Sekeras apa pun aku meraung, diammu memekakan sajakku Jangan begitu, Sayangku... Masih tersisa sekuncup harapan yang ku mekarkan disandingmu, Sayangku, tak ku dengar lagi bisik hatimu yang menderu Kini, jelaslah sudah, kau larung aku tanpa ragu. original Ayuni Kurnia 

Surat untuk NKRI

course pict : pinterest   B erliter darah mengarungi jalan metropolitan kotor Dari kerja rodi, hingga longlongan proklamator Dari kasus alu celurit, hingga jeruji besi dipenuhi tikus kantor Dari krisis moneter , hingga seruan reformasi Hakim hanya mengetuk palu, tak menghapus masa lalu Meski bermilyar keringat menetes, pertiwiku tetaplah sama Kata reformasi seolah hanya angin lalu di tangan para benalu Para jejak kotor berdasi, meninggalkan tapak kaki kebringasan Inikah yang kita sebut keajaiban reformasi? Tahukah jika terlalu banyak metafora di tanah pertiwi ini? Ego diri mulai membenamkan kejujuran  dalam nadi  Hanya ada gema perut-perut rakus yang mencari mangsanya Sayangnya, denyut waktu masih tertancap kuat di tangan pembabat Sayangnya, kecamuk alam ini tak terdengar oleh telinga kotor mereka Inikah yang kita sebut pembenahan diri? Mesin waktu tak mungkin bisa diulang, bumi kita kini sudah telanjang ! Melihat darah merah

Derai Hujan di Malam Semu

source pic : pinterest M alam ini,  di kota kelam ku Hingar bingar perkotaan melumat keheningan ku Kalimat esoteris yang kau bisikkan terngiang dalam te m aram kalbu Keselarasan antara nostalgia dan nyata begitu semu Aku,  sang penjelajah hati terbelenggu tirai kelabu Hujan malam itu,  melebur sunyi Kau bagaikan sampan yang berlabuh lalu pergi Kau bagaikan angin yang berlalu dalam sepi Dirimu yang tak pernah kembali meski ku teriaki Dirimu yang singgah,  begitu menyakitkan bak gerigi Semesta mengasihani derai hujan Kehampaan menerpa jejak yang dulu berjejaran Tapi Mengapa kini  kita saling berkejaran Semesta mengabadikan derai hujan Meski air mata mengoyak tubuhku yang terbalut rajutan Tetap saja ilusimu sangat mengusik keheningan Bahkan bayanganmu, Bayangan surammu, ku harap tersapu bersama derasnya derai hujan Malam ini, di kota kelamku. Yogyakarta, 8 Agustus 2019

Ketika kamu tersenyum

Source : pinterest Ketika kamu tersenyum, sajak ku bergetar melihat kelamnya Aku terenyak, mendengar  tawamu yang bergejolak lara Aku membisu, melihat gelisahmu yang tersembunyi di balik dermaga Ketika jiwa perasa lain terjaga, hanya jiwamu seorang yang masih terlelap *** Ketika kamu tersenyum, manis bercampur sendu sungguh mengoyak indraku Aku tahu, jika Sang Amor tak pernah datang mencumbu tidurmu Aku tahu, petala alam semesta bahkan tak sedalam hati dan egomu Air beriak, api memanas, embun mengudara, dan dirimu hanya tahu membisu *** Ketika kamu tersenyum, birunya langit seketika menjadi kelabu Terus saja terbelenggu dalam nostalgiamu Dunia fiksi yang kau ciptakan akan luruh saat kau terbangun Saat kamu tersenyum,aku akan mendekap dan menyuarakan dalam semu “sepuluh tahun yang lalu, aku ada bersamamu”

Tentangku dan Rasa

Source pic by : pinterest Dulu aku sempat berpikir jika manusia memang terlahir dengan kesempurnaan mereka masing-masing. Namun pada akhirnya aku menyadari, jika tidak ada satu orang pun yang memiliki kesempurnaan sedetil-detilnya. Jika memikirkan kita terlahir sempurna itu termasuk pelanggaran ketaqwaan kepada sang pencipta. Maka berlagak seolah kita sempurna adalah pelanggaran terbesarnya. Maka dari itulah, kehidupan ku yang porak poranda. Jiwaku yang terkekang, dan hatiku yang lama mati rasa, adalah bentuk dari ketidak sempurnaan yang di berikan oleh-Nya. Rasanya berat berbagi serpihan kisah ini, dan menuangkan kisahnya dalam bentuk tulisan. Namun, ku kuatkan tekadku untuk menceritakannya. Karena bagiku, ini bukanlah kisah dramastis ala bollywood maupun drama korea yang penuh dengan fantasi. Kisah ini, ku tuangkan penuh ketulusan, dan rasa syukur karena ku harap dapat menginspirasi semua orang. Aku bukanlah gadis periang yang acuh terhadap semua cobaan, aku kera

Tangisan Batu Nisan

source pic :pinterest Puan , pernahkah kalian dengar kisah seorang gadis bernama Laksmi yang terlantar di reruntuhan kereta besi, kini gadis itu kian beranjak dewasa dan tumbuh dengan eloknya, laksana puncuk layu yang mekar kembali. Laksmi pernah mendengar kisahnya dari para tetuah kampung. Namun telinga bertabur kebohongan tak sepenuhnya ia percayai. Seorang kakek pincang berwajah muram, datang menyeka air matanya. “ Laksmi, Laksmi, aku yang memebesarkanmu cah ayu. Jangan dengarkan masyarakat yang tak tahu menahu, dengarkan apa sing ana ning jero atimu.” Ujar kakek  dengan logat jawa yang sudah di terjemahkan oleh Laksmi sendiri. Laksmi tak ingin berputus asa. Dia sudah mendengar sebagian kisahnya dari mulut kakek, dan aroma kemenyannya begitu menohok di hidung Laksmi. Kini waktunya untuk mengais potongan kisah sendiri, bukan dari bibir orang lain. Kampung itu begitu damai di malam hari, desiran halus angin malam membawa melodi syahdu bagi setiap warga yang bermimpi, na

Hatiku Terkunci di Dark Room "Eps End"

   Hari ini aku resmi menjadi siswi, aku memandangi wajahku berulang kali di cermin sekolah. wajahku tetap sama, wajah kekanakan yang sama. Tiba-tiba ponselku berdering. Pemberitahuan grup. Aku mengernyit, sejak kapan aku masuk ke grup Dark Club, siapa yang memasukkanku? “ Diberitahukan untuk semua anggota baru, harap berkumpul sekarang.” Aku bergumam membacanya.  “ Eh? Sekarang?” Aku keluar cepat, aku menyuruh Evala yang sejak tadi berdiri di depan pintu untuk ke kelas duluan. Dia untungnya pengertian. Aku pun menuju ke ruangan itu cepat. Tanpa mengetuk pintu aku masuk ke ruangan itu. “ Eh?” Hanya ada, 1, 2, 3  totalnya 10 orang. Semuanya menoleh padaku. “ Ku Pikir aku terlambat.” Tiba-tiba suara seseorang di belakangku. Ketua Osis, dan pria satunya lagi berjalan melewati pintu. “ Hay anak aneh. Kau masuk tanpa mengetuk. Kau memang aneh.” Wanita berambut bob, berjalan ke arahku.” “ Beruntungnya tahun ini kita memperoleh 3 anggota. Kalian para angg