“Malam Lebaran”
Bulan di atas kuburan
Begitulah kira-kira bunyi dari puisi karya Sitor Situmorang yang menimbulkan tanda tanya besar. Apa makna di balik satu baris puisi tersebut?
Konon, Sitor membuat puisi itu ketika ia berkunjung ke rumah Pramoedya Ananta Toer pada malam Lebaran. Dalam perjalanan, Sitor melihat tembok putih yang membuatnya penasaran. Sitor kemudian menghampiri tembok putih itu, melongok ke atasnya dan melihat ada kuburan di baliknya. Bermain dengan kata, Sitor kemudian memunculkan sebuah objek lain di dalam puisinya itu, yakni bulan.
Mungkin, menurut penulis puisi tersebut tidak memiliki makna khusus. Sitor hanya teringat dengan manusia yang tidak bisa lagi menikmati malam lebaran, karena mereka telah lebih dulu meninggalkan dunia.
Kemudian ada pula yang menafsirkan, jika makna puisi itu supaya kita mengingat orang-orang yang sudah tiada, biasanya saat lebaran banyak orang yang mengunjungi kerabat mereka yang sudah tiada di kuburan, serta mengirimkan doa-doa.
Bulan dalam puisi Sitor kemungkinan besar merupakan metafora dari hasil imajinasinya. Bulan melambangkan sesuatu yang terang, sedangkan kuburan melambangkan suatu yang gelap. Cukup mirip sebagaimana Lebaran menyimbolkan sesuatu yang terang, sementara malam menyimbolkan suatu yang gelap. Gelap sebelum terang. Terang melintas di atas gelap. Bisa jadi Sitor hanya ingin mengatakan selamat Lebaran dalam puisinya itu. Selamat menjumpai hari kemenangan. Namun, bisa jadi pula Sitor ingin mengutarakan bahwa dalam kehidupan ini selalu ada keseimbangan, di mana ada suka pasti ada duka.
Referensi: https://kumparan.com/utomo-priyambodo/malam-lebaran-bulan-di-atas-kuburan/2
Komentar