Apa kau tau sebuah konsep baik
buruk di dunia? 50% orang beranggapan di dunia ini ada orang jahat dan ada
orang baik. 35% beranggapan di dunia ini hanya dipenuhi orang-orang jahat. Dan sisanya
beranggapan jika tidak ada orang jahat
di dunia, alias semua orang itu pada dasarnya baik. Dan aku percaya pada anggapan
terakhir, pada dasarnya tidak ada orang jahat di dunia, pada dasarnya semua
orang itu terlahir baik.
Sebagai permisalan, jahat dan baik itu
hanyalah kata kerja. Yang menjadikan dua kata itu menjadi kata sifat adalah sSubjeknya.
Seperti ini perumpamaannya. “Aku memiliki seorang teman yang sangat baik
padaku, dia selalu ada di saat aku berada di titik terendah dan dia membantuku
bangkit dalam masalahku.” Jadi, poinnya ada di—aku punya teman yang sangat
BAIK. Oke lanjut, “Aku membaca sebuah berita, jika ada seorang psikopat yang
membunuh 3 orang korbannya karena motif yang sepele. Dia benar-benar jahat
sekali” Oke, sekarang poinnya ada di—Dia benar-benar JAHAT. “Tapi siapa yang
menyangka kalau temanku yang baik adalah psikopat itu. Ya, aku baru saja tau
itu.”
Jadi tanpa sepengetahuanku dia
adalah psikopat. Apa pandanganmu terhadapnya berubah? Dia menjadi orang jahat? Tentu
saja. Semua orang tau perbuataannya itu jahat. Tapi di mataku dia tetaplah
seorang penyelamat, dia orang baik yang pernah kutemui Sebelumnya. Apa kau akan
menyalahkanku karena menganggap orang jahat sebagai orang yang baik? Itu adalah
pandangan subjek, di mataku dia adalah orang baik, tapi di mata semua orang, di
aitu penjahat. Begitulah konsepnya, jahat dan baik itu dilihat dari sudut
pandang siapa dan dari sudut mana kau melihatnya.
Contoh lainnya seperti ini, Terkadang
kau tidak sadar kalau perbuatanmu itu dianggap buruk oleh orang lain, tapi di
matamu itu adalah perbuatan yang benar. (Buruk sendiri levelnya masih di bawah
jahat, jahat yang berarti sangat buruk). Contohnya, kau memiliki seorang pacar,
lalu kau bersikap overprotektif dan mengekangnya, kau menganggapnya perbuatanmu
itu sebagai bentuk perhatian, dan itu benar, kau memiliki hak sebagai pacar
untuk mengekang pacarmu. Tapi? Bagaimana dengan orang yang kau kekang itu, kau
pernah berpikir seperti apa dirimu di matanya? Tidak. Kau tidak tau kalau di
mata pacarmu itu kau adalah orang yang buruk.
Selanjutnya,
kau ada di sebuah kelas, kau memiliki satu teman sefrekuensi, atau bisa saja di
sebut genk atau circle. Saat ujian, teman satu circlemu mencontek, kau diam
saja. Karena apa? Karena tindakannya baik? Bukan. Karena dia berada di satu
circle yang sama. Lalu, di kemudian hari kau mendapati anak dari circle lain
mencontek. Kau langsung melaporkannya pada guru. Kenapa? karena dia tidak satu circle
denganmu, Jadi sebenarnya, konsep baik buruk ini bisa dilihat dari siapa yang
melakukan suatu tindakan yang salah. Bukan tindakan apa yang dia perbuat. Tapi siapa?
Ya Begitulah,
Baik, contoh yang lebih mudah. Begini,
ada sebuah kasus di mana seorang wanita di bakar hidup-hidup karena menolak
pria yang mengajaknya rujuk. Jadi mari kita analisis, siapa yang buruk dan siapa
yang baik? Dalam sudut pandang pria itu, wanita yang menolaknya adalah gadis
yang buruk. Oke, hanya dalam sudut pandang pria itu, Setidaknya dia juga punya
pandangan. Tapi menurut sudut pandang semua orang, pria itu adalah pria yang
jahat. Hanya karena masalah sepele dia rela menghilangkan nyawa seseorang.
Jadi, poinnya adalah, jika hari itu
pria itu tidak menganggap wanita itu buruk, mungkin dia tidak akan menjadi
orang yang jahat, wanita itu pasti masih selamat sampai sekarang. Tapi pria itu
kurang memahami konsep baik dan buruknya seseorang. Hanya karena berbeda paham
nyawa orang lain menjadi tidak berharga. Jadi kesimpulannya adalah, baik dan
buruk itu di lihat dari apakah orang itu sepaham dengan kita atau tidak. Jika tidak
sepaham, kita bisa saja menclaim kalau di aitu buruk, tapi kita kurang menilik
diri sendiir, sebenarnya yang buruk itu dia? Atau aku.
Kau pernah mendengar istilah, “Jangan
terlalu overthinking, abaikan saja omongan orang.” Ya, di sini aku akan menjelaskan
jika sebuah kata diciptakan pasti memiliki alasan. Terkadang overthinking itu
juga diperlukan dalam hidup. Overthinking yang aku maksud di sini adalah,
berpikir apakah tindakan kit aakan berpengaruh terhadap orang lain atau tidak. Karena
jika kau mulai menganggap perasaan orang lain itu hanya decitan roda berputar,
dan menganggap omongan orang lain itu hanya dengungan lalat. Suatu saat hatimu
akan mulai mati rasa. Kau akan menganggap dirimu adalah sebuah kebenaran, dan
ucapan orang hanya pengusik saja. Kau tidak akan peduli siapapun kecuali dirimu
sendiri, duniamu sendiri. Saat it uterus berlanjut, kau tidak akan bisa membedakan
apa itu konsep baik dan buruk, selama perbuatanmu membuatmu bahagia, nyaman,
itu adalah sebuah kebenaran di matamu. Simplenya, meskipun orang lain tidak merasa
nyaman, kau tidak akan peduli.
Jadi, kau pasti sering melihatnya di sosial
media, “Ini hidupku, urusanku. Kalau nggak suka skip aja.” Skip? Kata skip
sebenarnya terselubung kata ‘pembenaran’. Kau berharap apa yang kau lakukan itu
dianggap benar oleh orang lain, dan kau ingin semua orang berputar di duniamu. Coba
saja, jika semua orang memujimu, menganggap tindakanmu itu baik, ap aakan tercetus
kata ‘skip’ tentu saja tidak. Justru kau melakukan hal yang sama, lain kali. Aku
tidak akan menyebutkan tindakan ap aitu, tapi bayangkan saja sendiri tindakan
seperti apa yang membuatmu tidak nyaman jika melihatnya.
Saat kau mendengar ocehan orang,
kau akan merasa hidupmu tidak tenang bukan? Bukan seperti itu, bahkan orang
suci Sekalipun masih mendapat teguran oleh umatnya. Lalu siapa kita? Kita hanyalah
orang yang belum menyadari siapa diri kita. Kita tidak tau—sebenarnya kita itu orang
baik, atau orang yang buruk. Coba pikirkan, kau sebenarnya itu baik? Atau buruk?
Saat kau mengatakan kau itu orang yang baik, apa yang kau bayangkan? Kebaikanmu?
Kau mulai menghitung kebaikanmu? Tidak ada orang yang baik yang menghitung
kebaikannya sendiri. Lalu, kau orang yang buruk? Kau mulai mengingat-ingat
perbuatan buruk apa yang kau lakukan? Tapi orang yang buruk tidak akan ingat
apa yang telah dia lakukan. Jadi, kau sebenarnya orang yang baik atau buruk?
Entah itu jahat atau baik, itu bisa
dinilai dari bagaimana orang lain menerima kita. Namun ingat, itu tergantung dimana
kita memposisikannya. Kau pernah mendengar cerita Robin Hood? Dia mencuri harta
orang-orang kaya lalu membagikannya pada orang miskin, kau pasti bingung di
aitu sebenarnya orang yang jahat atau baik? Bukan, sekarang jangan pikirkan kata
kerja ‘mencuri’ karena semua orang pasti tau kalau itu tindakan yang tidak
terpuji. Jadi, pikirkan, dimana Robin Hood bisa diterima menjadi orang yang
baik, dalam pandangan orang-orang miskin, Robin Hood adalah Sosok yang sangat
berjasa, dia diagungkan karena kebaikannya. Tapi di mata orang-orang kaya? Tentu
saja dia seorang criminal. Dia seharusnya di masukkan ke dalam penjara.
Kau! Jangan pernah berharap Seluruh
dunia akan menerimamu. Sebagai contoh kau tinggal di wilayah A, di sana kau
menjadi tokoh yang dihormati, segani dan dikagumi, karena kau sudah berjasa dalam
membebaskan wilayah itu dari penjajahan yang dilakukan oleh wilayah B. Lalu, bagaimana dengan anggap rakyat wilayah B
terhadap dirimu? Apa kau kau dikagumi oleh mereka? Jangan berharap! di mata
mereka kau adalah seorang pengkhianat. Kau adalah orang paling jahat di muka
bumi, bahkan mendengar namamu saja mereka selalu mengutuk. Lihat, bahkan orang yang
dianggap sebagai pahlawan saja masih dianggap sebagai penjahat oleh orang lain.
Bagaimana denganmu? Kau merasa kau yang paling baik sedunia? Atau kau merasa
kau menjadi orang yang paling buruk di dunia?
Aku sendiri masih bertanya-tanya,
kenapa aku memikirkan ini? padahal hidup itu mengalir, nikmati alurnya. Tapi aku
masih saja berpikir siapa aku? apa yang sudah kulakukan selama aku hidup. Apa kau
akan mengatakan “Ahh kau terlalu overthinking”. Mungkin. Mungkin aku terlalu
banyak memikirkan makna hidup, sampai-sampai mendalami sisi gelap manusia. Karena
saat kau mulai memahami sisi gelap manusia, kau akan mulai memahami dirimu
sendiri. Karena manusia diciptakan hanya terlihat berbeda, tapi kata sifat yang
mereka miliki itu sama. Memangnya sata kau dibilang cantik, orang lain akan
dipuji dengan kata lain beauty misal, tapi artinya tetap sama kan? Cantik. Pada
dasarnya siapa manusia itu sama. Sama-sama ingin menjadi pusat dari utama dari
manusia. Kau pasti langsung mengelak. Aku tidak seperti itu kok. Tapi mari kita
buktikan, saat kau membuat status di sosial media, tiba-tiba tidak ada like,
tidak ada coment, kauu tiba-tiba talk digubris manusia. Apa yang kau rasakan? Kesal?
Sedih? Kau langsung berpikir, apa kata-kataku salah?. Dengan berpikir seperti
itu saja, kau sudah menandakan dirimu memang ingin diperhatikan oleh dunia. Manusia
seharusnya berpusat padamu saat itu. Jangan mengelaknya, Tanyakan saja pada
dirimu sendiri. Kau akan temukan jawabannya.
Jadi kesimpulannya, kau ada dua
pilihan dalam hidup ini. Membuat hatimu sendiri mati rasa. Atau memikirkan
konsep baik buruk ini dengan baik, saat kau menyadari konsep ini dengan baik,
kau akan berjalan seolah sedang berjalan di atas kepingan es yang tipis. Kau akan
sangat berhati-hati dalam bertindak, memikirkan dirimu sendiri, apakah aku
sudah benar?
Jika ada yang menganggapmu tidak
sepaham, maka dengarkan apa yang menurutmu pantas didengarkan. Sekali-kali lihatlah
sekelilingmu dan amati. Jangan terbiasa menjadi tidak peduli atau hatimu
perlahan akan mati rasa. Sepertiku.
***
Purbalingga, 21 Juni 2021
Oleh Ayuni Kurnia Wulandari
Komentar