ANAK SEORANG PELACUR DENGAN SUDUT PANDANGNYA
Pelajaran mengarang—karya Seno Gumira Ajidarma mengisahkan kebimbangan seorang anak bernama Sandra Ketika gurunya memerintahkan dia untuk membuat karangan bahagia tentang keluarganya. Saat itu, Sandra hanya bisa meninggalkan kertas kosong yang tidak tau akan diisi dengan karangan apa. Karena, dia tahu betul dirinya tidak memiliki keluarga layaknya keluarga. Realitanya dia adalah anak dari seorang pelacur. Sandra yang masih polos hanya bisa menyaksikan betapa gelapnya kehidupannya tanpa tau apa-apa. Dari sudut pandang seorang anak kecil, dia menyaksikan Ibunya yang setiap malam melayani tamu, sementara dirinya hanya bisa meringkuk mendengarkan, dan melihat. Jika dilihat dari segi moral, konflik dalam cerpen ini banyak bertentangan dengan nilai-nilai moral masyarakat. Mengapa?
Pada paragraph ‘Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung.’ Gambaran betapa gelapnya kehidupan Sandra, seorang anak seharusnya diperlakukan dengan baik sejak dia masih kecil, diajarkan nilai-nilai moral, dan tidak seharusnya diperlihatkan sesuatu yang masih cukup tabu untuk mereka. Akan tetapi kisah Sandra ini, sejak kecil dia sudah mengerti seperti apa bau alcohol, seperti apa bentuk minuman keras, itu seperti kebiasaan sehari-hari yang harus dia saksikan. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada psikologi anak yang nantinya bisa mempengaruhi pergaulan dia di masyarakat.
Dalam moral masyarakat, seorang pelacur dianggap sebagai pekerjaan yang hina, karena melayani nafsu seks orang lain. Akan tetapi, Seno berhasil membawakan cerpen ini dengan sangat epic dari sudut pandang seorang anak yang belum menegerti kerasnya dunia, yang Sandra tau, sosok ‘Mama’ selalu menyuruhnya lewat pintu belakang dan Jangan menganggunya dengan ‘tamu’ yang datang setiap malam.
Cerpen ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang, dari sisi moral secara tidak langsung pengarang menghimbau kepada pembaca agar tidak menjadi seorang pelacur, hal tersebut dibuktikan dalam kalimat “Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.” Ada kasih sayang seorang Ibu yang tidak ingin anaknya terjerumus ke dalam jurang yang sama. Mama Sandra memiliki kesadaran jika dirinya telah jauh melenceng dari norma, dan dia tidak ingin Sandra menjadi sepertinya.
Cerpen ini sangat sarat akan makna, banyak nilai-nilai yang bisa kita ambil. Sesekali, cobalah melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, seperti Sandra yang tidak menaruh kebencian pada ‘Mama’ meski sering berlaku kasar terhadapnya, seperti Mama Sandra yang tidak ingin puterinya menjadi sepertinya, dia rela melanggar moral masyarakat demi membesarkan puterinya.
Dari cerpen Pelajaran Mengarang ini dapat disimpulkan bahwa kita bisa merasakan bagaimana kesedihan yang dialami Sandra yang hidup dalam lingkungan yang tidak baik, yang memiliki Ibu seorang pelacur. Setelah membaca cerpen ini pasti pembaca akan bisa merasakan simpatik terhadap Sandra karena sikap dan sifat Sandra yang selalu sabar dan tetap menghormati Ibunya walau kadang kala Ibunya itu mengeluarkan kalimat-kalimat yang kasar terhadapnya.
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama yang di dapat seorang anak, perannya sangat kuat dalam pembentukan karakter anak, keadaan keluarga yang berantakan yang di alami Sandra membawa dampak yang negatif bagi perkembangannya, seperti ketika tiba pelajaran mengarang yang diberikan oleh Ibu Guru Tati tentang 3 judul tersebut, Sandra tidak mampu mengarang karena dia memang benar-benar tidak merasakan hal seperti itu di dalam kehidupannya.
Komentar