source pic : pinterest |
Malam ini, di
kota kelam ku
Hingar bingar perkotaan melumat keheningan ku
Kalimat esoteris yang kau bisikkan terngiang dalam temaram kalbu
Keselarasan antara nostalgia dan nyata begitu semu
Aku, sang
penjelajah hati terbelenggu tirai kelabu
Hujan malam itu,
melebur sunyi
Kau bagaikan sampan yang berlabuh lalu pergi
Kau bagaikan angin yang berlalu dalam sepi
Dirimu yang tak pernah kembali meski ku teriaki
Dirimu yang singgah,
begitu menyakitkan bak gerigi
Semesta mengasihani derai hujan
Kehampaan menerpa jejak yang dulu berjejaran
Tapi Mengapa kini
kita saling berkejaran
Semesta mengabadikan derai hujan
Meski air mata mengoyak tubuhku yang terbalut rajutan
Tetap saja ilusimu sangat mengusik keheningan
Bahkan bayanganmu,
Bayangan surammu, ku harap tersapu bersama derasnya
derai hujan
Malam ini, di kota kelamku.
Yogyakarta, 8 Agustus 2019
Komentar
cahaya terindah penerang malam