Lihat! Lihatlah!
Gedung-gedung tinggi
bernisankan sekolah negeri
kini semakin megah menjulang langit NKRI
Lihat! Lihatlah!
Lihat cacing-cacing bangsa yang berdiam di dalamnya
Gedung itu hanyalah tameng dari kesuraman mereka
Ini bukan salah mereka
Itu bukan salah gedungnya
Mereka bukan salah tuding-tudingnya.
Ini, itu, mereka. Salah temperamen-nya.
Lihat! Lihatlah!
Kritikan hanya di lihat sebelah mata.
Sejauh hamparan sawah yang luas
Generasi bangsa mencucurkan darah tanpa dosa
Cacing-cacing itu yang harusnya memakan tanah pendidikan
Mereka menggeliat seperti cacing kepanasan.
Lihat! Lihatlah!
Gedung itu seolah hanya pelarian.
Kini lentera bangsa semakin sayup-sayup ingin padam
Secara tersirat mereka hanya pandai membual!
Tong kosong nyaring bunyinya.
Mereka termakan politik globlalisasi yang tak berguna.
Lihat! Lihatlah!
Mau jadi apa cacing-cacing itu?
Mau jadi apa perjuangan Kartini?
Mau seperti apa saat Ki Hajar menghadap Tuhan?
Akankah dia terus mengharapkan tripiwulang terkabulkan.
ING NGARSO SUNG TULADHA
ING MADYA MANGUN KARSO
TUT WURI HANDAYANI.
Kemana? Lihat! Kemana hilangnya semangat itu.
Apakah mati bersamaan dengan jasad para pendiri.
Mau jadi apa negeri ini nanti?
Jika manusia hanya percaya pada tekhnologi.
Apa gunanya gedung ilmu di bangun tinggi.
Ap gunanya pembawa lentera terus mengajari.
Lihat! Lihatlah!
anak burung kini berani menikam induknya
induk yang sudah mengajarinya terbang melewati labirin kebodohan.
MIRIS! SUNGGUH MIRIS!
Ki hajar terdiam dan menangis
Kapan? Kapan?
Kapan keelokan barisan pemuda tertata rapi
Menjadi penerus perjuangan negeri
Menjadi pemuda yang penuh harga diri
Menjadi pembela yang siap mati untuk pertiwi
Menjadi penerang untuk kebutaan WAWASAN DIRI.
@SkyMoon original
@SkyMoon original
Komentar