Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Hatiku Terkunci di Dark Room "Eps End"

   Hari ini aku resmi menjadi siswi, aku memandangi wajahku berulang kali di cermin sekolah. wajahku tetap sama, wajah kekanakan yang sama. Tiba-tiba ponselku berdering. Pemberitahuan grup. Aku mengernyit, sejak kapan aku masuk ke grup Dark Club, siapa yang memasukkanku? “ Diberitahukan untuk semua anggota baru, harap berkumpul sekarang.” Aku bergumam membacanya.  “ Eh? Sekarang?” Aku keluar cepat, aku menyuruh Evala yang sejak tadi berdiri di depan pintu untuk ke kelas duluan. Dia untungnya pengertian. Aku pun menuju ke ruangan itu cepat. Tanpa mengetuk pintu aku masuk ke ruangan itu. “ Eh?” Hanya ada, 1, 2, 3  totalnya 10 orang. Semuanya menoleh padaku. “ Ku Pikir aku terlambat.” Tiba-tiba suara seseorang di belakangku. Ketua Osis, dan pria satunya lagi berjalan melewati pintu. “ Hay anak aneh. Kau masuk tanpa mengetuk. Kau memang aneh.” Wanita berambut bob, berjalan ke arahku.” “ Beruntungnya tahun ini kita memperoleh 3 anggota. Kalian para angg

Hatiku terkunci di Dark Room "eps 01"

Poem & Short Story Aku Abysa Anjani, pagi ini sneaker putihku melangkah dengan penuh semangat ke arah gedung itu. Gedung megah bertuliskan SMA Negeri 8 Kota Baru yang sudah ku impikan sejak 3 tahun yang lalu. Ini menit pertamaku memasuki gerbang besar yang menjadi pintuku memasuki dunia baru, dunia siswi SMA . Aku mengikat kuat kucir kudaku yang semakin merosot ke leher. Ku mantapkan kakiku untuk memasuki gedung itu. Masa orientasi memang sempat di kenal menakutkan. Namun aku yakin, tidak akan seburuk itu. Aku berkeliling mencari letak kelasku. Sebelumnya, melalui pemberitahuan online sudah terpampang jurusan dan kelasku. Tapi tidak terpampang denah sekolah itu, sehingga aku cukup kebingungan. “ Umm, permisi kak, mau tanya kalau kelas sepuluh IPS 1 dimana ya?” “ Oh.. itu ada di lantai 3, paling pojok.” “ Oh baik ka, terima kasih.” “ Oke.” Aku meneruskan langkahku, mengikuti instruksinya, lantai 3 gedung paling pojok. Aku berhasil melewati l

Kemilau Cinta Rembulan

Hawa dingin pagi ini sungguh menusuk kulitku, membuat tubuhku menggigil dan menggetarkan seluruh rahangku. Jaket tebal yang  ku kenakan rasanya kurang melindungiku dari serangan hawa dingin ini. Pergi ke sekolah sepagi ini memang sudah menjadi rutinitasku, ku lirik sejenak arloji yang melingkar di pergelangan tanganku. Pukul 06.00, orang-orang mungkin berpikir jika aku ini buta waktu, atau aku terlalu rajin. Jika bukan tuntutan jarak yang cukup jauh ditambah tak adanya kendaraan pribadi yang ku miliki, jadi, harus ku bela-belakan berjalan kaki sampai ke halte di perempatan jalan. Drap...drap.. terdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang mengejarku.      “ Wulan tunggu aku!” sontak aku menoleh dan berhenti begitu mendengar suara nyaring yang tak asing lagi di telingaku. “ Jessy. Jangan berlari, nanti kau bisa jatuh!” Omelku, Jassy sepertinya tak mendengar suaraku yang pelan. “ Hufh... lelah sekali rasanya. Heyy kenapa kau meninggalkanku!” Bentak Jess

Generasi Keruh, Ki Hajar menangis untukmu.

Lihat! Lihatlah! Gedung-gedung tinggi bernisankan sekolah negeri kini semakin megah menjulang langit NKRI Lihat! Lihatlah! Lihat cacing-cacing bangsa yang berdiam di dalamnya Gedung itu hanyalah tameng dari kesuraman mereka Ini bukan salah mereka Itu bukan salah gedungnya Mereka bukan salah tuding-tudingnya. Ini, itu, mereka. Salah temperamen-nya. Lihat! Lihatlah! Kritikan hanya di lihat sebelah mata. Sejauh hamparan sawah yang luas Generasi bangsa mencucurkan darah tanpa dosa Cacing-cacing itu yang harusnya memakan tanah pendidikan Mereka menggeliat seperti cacing kepanasan. Lihat! Lihatlah! Gedung itu seolah hanya pelarian. Kini lentera bangsa semakin sayup-sayup ingin padam Secara tersirat mereka hanya pandai membual! Tong kosong nyaring bunyinya. Mereka termakan politik globlalisasi yang tak berguna. Lihat! Lihatlah! Mau jadi apa cacing-cacing itu? Mau jadi apa perjuangan Kartini? Mau seperti apa saat Ki Hajar meng