Langsung ke konten utama

Kelambu Dunia


Pijakan ini bukanlah palang besi
yang kau injak-injak dengan penuh dosa
Udara ini bukanlah racun mematikan
jangan kau usik kemurniannya
Lautan ini bukanlah kobaran api yang membara
Lalu kenapa kau musnahkan
Hingga sirna keindahanku
Ombak biruku, udara sehatku, tanah hijauku
Jingga, biru memancar, hamparan hijau
Kau renggut semua dariku
Hanya tinggal kikisan dan harapan
Aku harus bagaimana?

Aku terjerembab di bawah sinar rembulan
Yang terasa panas menyengat
bak matahari sejengkalan
Tetesan darah mengalir dari mataku
Kau rusak istana duniaku
Surga kala kita bermain
Surga kala kita berlabuh
Telah kau renggut secara perlahan
Haruskah ku musnahkan jari-jarimu
Agar kau lengah dalam mengambil harta pertiwiku

Jangan anggap semua harta dunia milikmu
Jangan kira hanya kau yang diberi titipan dari sang agung
Aku dan segala hakku menjaga segumpal tanah pertiwiku
Jangan kau renggut!
Jangan kau rusak dan kau hancurkan
Akulah kelambu dunia
Dimana tak seorangpun mengenalku
Akulah sang guardian
Kalian para pemusnah akan melihatku
Setiap kobaran apiku adalah tanda amarahku.


@Skymoon_original

Komentar

Populer

Analisis Puisi “ IBU” Karya D. Zawawi Imron

  “ IBU” Karya D. Zawawi Imron   Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir Bila aku merantau Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku Dan ibulah yang meletakkan aku di sini Saat bunga kembang menyerbak bau sayang Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi Aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera Sempit lautan teduh Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh Lokan-lokan, mutiara dan kembaang laut semua bagiku Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu Lantaran aku tahu Engkau ibu dan aku anakmu Bilaa berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah k...

ANALISIS PUISI WS RENDRA 'Orang-orang miskin'

  Orang-Orang Miskin karya : WS Rendra Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka. Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, mengandung buah jalan raya. Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. Tak bisa kamu abaikan. Bila kamu remehkan mereka, di jalan  kamu akan diburu bayangan. Tidurmu akan penuh igauan, dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Jangan kamu bilang negara ini kaya karena orang-orang berkembang di kota dan di desa. Jangan kamu bilang dirimu kaya bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. Dan perlu diusulkan agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa. Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam t...

9 Perbedaan Mahabharata Versi Jawa dan India yang Tidak Banyak Orang Tahu

                           Pernah membaca kisah Mahabharata? Atau pernah menonton serial yang sempat booming di Indonesia tentang kisah pewayangan satu ini? Pasti beberapa orang yang mengerti kisah Mahabharata versi Jawa akan kebingungan setelah menonton atau membaca versi aslinya dari tanah India. Sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu Mahabharata. Mahabharata adalah kisah peperangan antar saudara yang berasal dari India, yang ditulis oleh Kresna Dwaipayana Byasa. Kisah ini lebih menekankan pada karma baik yang berada dipihak Pandawa dan karma buruk dipihak Kurawa. Pada saat Walisongo menyebarkan agamanya ke tanah Jawa, media yang digunakan adalah wayang kulit. Kisah yang dibawakan pun berasal dari tanah India, namun beberapa bagian digubah menyesuaikan dengan tradisi masyarakat Jawa dan Islam.  Lalu apa saja perbedaan-perbedaan itu? simak artikel berikut ini.   1.   ...

Analisis Hermeneutika Puisi "Sehabis Mengantar Jenazah"

Tentang Buku   ·          Judul Buku: Hujan Bulan Juni ·          Penulis: Sapardi Djoko Darmono ·          Penerbit Utama: Gramedia Pustaka Utama ·          Tahun Terbit: 2015 ·          Deskripsi Fisik (Tebal): 138 halaman ·          ISBN: 978-602-03-1843-1 Puisi Sehabis Mengantar Jenazah adalah salah satu puisi yang tergabung dalam buku terkenal “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono yang ia tulis pada tahun 1990-2000, sebelum akhirnya buku tersebut diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2015. 2.       Pendahuluan   Hermeneutika, secara umum memposisikan diri secara definitif sebagai suatu teori dan atau filsafat tentang interpretasi makna. Secara bahasa, akar kata Hermeneutika merujuk ...

Tentangku dan Rasa

Source pic by : pinterest Dulu aku sempat berpikir jika manusia memang terlahir dengan kesempurnaan mereka masing-masing. Namun pada akhirnya aku menyadari, jika tidak ada satu orang pun yang memiliki kesempurnaan sedetil-detilnya. Jika memikirkan kita terlahir sempurna itu termasuk pelanggaran ketaqwaan kepada sang pencipta. Maka berlagak seolah kita sempurna adalah pelanggaran terbesarnya. Maka dari itulah, kehidupan ku yang porak poranda. Jiwaku yang terkekang, dan hatiku yang lama mati rasa, adalah bentuk dari ketidak sempurnaan yang di berikan oleh-Nya. Rasanya berat berbagi serpihan kisah ini, dan menuangkan kisahnya dalam bentuk tulisan. Namun, ku kuatkan tekadku untuk menceritakannya. Karena bagiku, ini bukanlah kisah dramastis ala bollywood maupun drama korea yang penuh dengan fantasi. Kisah ini, ku tuangkan penuh ketulusan, dan rasa syukur karena ku harap dapat menginspirasi semua orang. Aku bukanlah gadis periang yang acuh terhadap semua cobaan, aku kera...