Langsung ke konten utama

I'll be Waiting





Apalah Arti Dari Sebuah Kata “Waiting”
Jikalau di dunia ini sebuah penantian tanpa arti…
Apa yang harus ku nanti?
Sebuah penantian tanpa ujung,
Berharap impian yang datang namun hanya kekecewaan,
Lalu, siapa yang harus ku tunggu?
Sebuah mimpi atau khayalan semata,
Akankah saya dapat lelah menunggu?
Kapan saya akan menyerah,


            Di dalam ruangan ini ibaratkan saja diriku debu yang tak tampak, di balik kerumunan ribuan penonton yang bersorak ke arah satu tumpuan.  Sebuah acara konser musikal internasional yang saat ini tengah berlangsung. Di situlah aku berada,

           Ya, aku ini bukan orang penting, jadi ya aku hanya bisa melihat nya dari kejauhan. Mendengar alunan musik yang di mainkannya saja sudah membuatku senang.
Apa dan kenapa dengan diriku, tentu sangat jelas, aku sedang menikmati konser ini, dimana seseorang yang begitu ku kagumi menjadi pusat perhatian.

            “ Bolehkah aku berlari ke bawah, akan ku peluk erat tubuhnya itu,”

            “ Bukan hanya itu, wajahnya yang tampan membuatku meleleh.”

            Apa yang mereka bicarakan itu, begitu terobsesi kah para penonton itu?!
Aku Keyla Anastasya Syahrika, panggil aku Key. Aku hanyalah seorang siswi biasa, tidak kaya,tidak cantik, dan juga terkenal. Aku gadis sebatang kara, yang di besarkan di sebuah panti asuhan, meski begitu aku juga memiliki banyak mimpi dalam hidupku ini, walaupun aku tahu hanya  kemungkinan kecil dari mimpi-mimpi ku itu yang akan terwujud. Dan ini salah satu dari mimpiku, aku tengah melihat seseorang yang selalu aku harapkan selama bertahun-tahun muncul secara live di panggung ini. Tidak ada yang tahu lebih selain diriku sendiri, betapa bahagianya aku hari ini.

              Dia, Leon Yosi Ardinata sahabat kecil ku,tentu tidak akan ada yang percaya jika ku ceritakan kisah ini,seorang gadis panti dapat bersahabat dengan seorang musisi dari London,apa itu tampak mengacau?

             Dulu, kita begitu dekat saat kecil. Hingga suatu hari, Leon diadopsi oleh keluarga kaya. Awalnya, Leon menolak namun karena desakkan ku dia pun menyetujui kesepakatan itu, aku melakukan itu demi masa depan sahabatku,aku ingin Leon menjadi orang sukses di masa depan walau konsekuensi nya dia harus pergi jauh dari ku. Aku senang melihatnya berhasil, aku berharap suatu saat nanti aku juga dapat berhasil sepertinya.

        Aku melihat arlojiku, pukul 19.00 malam, dan saat ini jadwalku on air. Aku pun segera meninggalkan gedung ini, menuju ke tempatku bekerja. Menjadi penyiar radio memanglah pekerjaanku, sebenarnya bukan pekerjaan tetap ini hanya sebuah selingan untuk membiayai sekolah ku. Aku tidak mau terlalu banyak merepotkan ibu panti yang sudah seperti ibuku sendiri, jadi sebisa mungkin aku harus mandiri.

*____*

           “ Semalam kau pulang pukul berapa ?” Tuding Elsa padaku. Dia memang selalu over protektiv terhadapku,

            Elsa adalah putri dari ibu panti, atau bu Rena yang sudah seperti ibuku sendiri, begitupun dengan Elsa,gadis itu sudah seperti saudaraku sendiri. “Seperti biasa, aku tidak pulang terlalu larut. Memang kenapa?”

            “ Tak apa, ku kira kau menonton konser itu.”
  
             “Aku memang menontonnya.” Jawabku jujur,
      
      “Hah? Sungguh, kau ini?! kenapa masih mengagumi orang sepertinya. Dia bahkan tak mengingatmu.”
        “Elsa, cukup. Jangan bahas itu, aku mau berangkat  sekolah.” Kilah ku, aku tak sanggup mendengar ocehan Elsa yang selalu menjelek-jelekkan Leon dihadapanku, biar bagaimanapun aku memaklumi jika Leon tak menemui ku, toh dia sibuk. Namun, aku yakin, Leon pasti masih mengingatku.*

              Entah ada hal penting apa hingga hari ini aku dipanggil ke studio penyiaran tepat
di waktu pembelajaran, alhasil aku pun izin kepada guru piket dan segera menuju ke tempatku bekerja.
        “ Malam ini, studio kita akan kehadiran seorang bintang tamu spesial. Dan yang akan membawakan acaranya adalah …. . Key.” Kata Aldo antusias, dia adalah ketua tim penyiaran ini.

         “Kenapa aku?” Tanyaku heran, bukankah aku anggota baru disini.

        “ Kau pandai berbahasa asing bukan, kau sering membawakan setiap acara di radio dengan kolaborasi bahasa asing. Dan bintang tamu kita ini pindahan dari luar negeri. Aku yakin, kau mampu mengemban tugas ini, demi kemajuan siaran radio kita.” Pinta Aldo, aku pun mengangguk setuju, tak ku pikir lebih siapa bintang tamu itu, aku tak peduli. Aku berharap malam nanti akan lancar, karena ini kali pertamaku mendapat tugas istimewa, aku sangat senang.*

               “ Semua siap di bagian masing-masing?! Microphone, audio, siap?” Aldo memberi aba-aba sebelum on air. Dan sedari tadi aku sudah stand by di tempatku sembari menunggu bintang tamu itu datang, Aldo mulai memberi isyarat lagi, sepertinya bintang tamu nya sudah datang,

       “ Permisi,” Dan orang itu masuk ke ruang penyiaran dimana aku masih duduk membelakanginya,

               “ Oh,silah…kan” Aku ternganga begitu mendapati siapa orang yang disebut bintang tamu itu, ini ibarat mimpi untukku ?! kenapa tidak terpikirkan sedari tadi kalau bintang tamunya itu Leon.

              “ do you sure?” tanyanya,dengan suara yang begitu khas membuat desiran kecil dibenakku.

       “ yes I’m fine,  sit down please,” aku mempersilahkannya duduk dengan gugup.

             Leon, seseorang yang begitu aku impikan bisa muncul dan bertatap muka dengan ku malam ini. Kejutan apa lagi yang engkau berikan padaku Tuhan?

           “ On air ready !” kataku memberi aba-aba. Sembari ku pasang headseat di telingaku.
             
        “ Oke, pendengar setia Star Music 87.5 FM, kembali lagi bersama saya pembawa acara tersayang kalian…hahaha seperti biasa saya selalu over pede. Oke, kembali lagi bersama saya…hmmm.. sepertinya kalian sudah hafal dengan suara saya jadi saya tidak perlu lagi menyebutkan nama saya.” Aku sengaja menyamarkan namaku karena gugup. Aku takut kalau Leon akan mengenaliku, aku ini memang aneh.

    “ Yah, pecinta Star Music hari ini saya membawakan bintang tamu istimewa untuk kalian semua, sebelum berbincang banyak kita dengarkan dulu music pembuka untuk  malam ini.” Sebuah  musik milik Ed-Sheran dengan judul Photograph mengalun. Ku lepas kembali headseat di kepalaku.
Sekilas aku melirik pada Leon yang duduk berdampingan dengan ku, pria itu sibuk dengan ponselnya.
            
        " Yah oke, kembali lagi di Star Music malam, sekarang saya akan memperkenalkan siapa sih bintang tamu kita ini kepada kalian semua, oke. Biar kalian terka-terka dulu yah, dengarkan baik-baik suara khasnya ini.” Microphone dihadapan Leon di hidupkan, dan pria itu mulai berbicara,

            “ Hello, kalian semua hafal dengan suara saya… jika kalian tahu siapa saya maka kalian boleh menghubungi nomor ini 081xxxxxxxx9 dan katakan siapa saya,”

            “ Ohh rupanya bintang tamu kita ini mau bermain tebak-tebakkan rupanya ya, oke baiklah silahkan bagi yang tahu… silahkan hubungi ke nomor yang sudah disebutkan tadi,” sambungku,  Leon tersenyum manis padaku, dengan gugup kubalas senyuman itu dengan senyum khasku yang tak manis-manis banget. Dan banyak panggilan masuk, hampir semua penelephone benar dengan menjawab Leon. Wah, suaranya memang khas sekali, aku semakin kagum padanya.

            “ Oke, bagi yang mau bertanya pada Leon silahkan kirim pesan ke 081xxxxxxxxx dan bertanyalah pada idola kalian,” kali ini aku membuka poling tanya jawab pada para pendengar ku.
Aku tahu Leon tidak mengenaliku dan ini bukan salahnya, namun jika ku sebutkan namaku aku yakin dia pasti akan mengenaliku. Hanya saja aku terlalu gugup untuk itu,

             “Ada satu pesan masuk dari, Rinata Ades, yah buat kak Leon ada dua pertanyaan buat kakak, wahh diborong semua nih ya sama de Rinata, oke pertanyaan pertama buat kak Leon dijawab yah kak Leon. Kak Leon lebih suka tinggal di London atau di Indonesia, dan apa alasannya? Silahkan dijawab kakak,”

         “ Oke, buat Rinata, jujur saja aku lebih suka disini, di Indonesia, kenapa? Karena disinilah aku dilahirkan…” Aku salut dengan jawabannya yang sederhana itu,

         “ Dan… disinilah aku menemukan cinta pertamaku,,” deggg! Masih ada sambungannya dan itu membuatku sedikit terkejut.

               “ Oke kaka, pertanyaan kedua, apakah kakak sudah punya seseorang yang spesial dalam hidup kaka?”
         Pertanyaan macam apa ini?, kenapa harus miris seperti ini,

       “ hhmmm oke, pertanyaan ini akan dijawab setelah musik yang satu ini..” Aku sengaja mengulur waktu untuk pertanyaan satu ini, aku takut mendengar jawaban yang tak ingin ku dengar.

              Dua lagu telah habis diputar, kembali ku nyalakan microphone dihadapanku, “ yah, silahkan kak Leon lanjutkan tanya jawabnya, apakah kaka sudah memiliki seseorang yang spesial dalam hidup kaka?” ku ulang pertanyaan dari Rinata barusan.

                     “Hmmm… sepertinya sudah.”

          Aku menarik nafas berat, kenapa aku harus sedih, seharusnya aku bahagia melihat Leon yang juga bahagia dengan hidupnya saat ini, siapapun yang dia sukai sudah jelas lebih baik dari aku.

          “ Oke, acara malam ini kita sudahi karena sudah hampir pukul 21.00, terima kasih untuk bintang tamu istimewa kita malam ini, Leon Yosi Ardinata, jangan bosen-bosen join bareng kita,” kataku sembari melirik Leon yang juga tengah menatapku, baginya aku hanya orang asing yang tak ia kenali.

           “ Buat semua pendengar setia Star Music besok ketemu lagi bareng Keyla Anastasya, dan jangan bosen-bosen tetap di 87.5 FM, byeee…”

     “Keyla Anastasya?”  samar-samar aku mendengar Leon menyebut namaku, upss! Aku baru ingat barusan ku sebut namaku didetik-detik terakhir penyiaran. Kekhawtiranku tak beralasan, buktinya Leon malah pergi tanpa berkata apapun. Apa benar dia telah melupakan ku? *

                Sebuah kabar baik untukku, ini sebuah kabar yang benar-benar aku harapkan. Sebuah beasiswa ke Inggris bagi siswa berprestasi di akhir kelulusan nanti. Aku sangat menantikan momen itu, mulai saat ini aku harus lebih semangat lagi dalam belajar,harus kutingkatkan prestasi yang selama ini telah ku raih, demi mimpi besar ku itu,!

            Aku berjingkrak di jalanan saking senang nya hingga tak menyadari sebuah mobil menyerempetku di jalan, untung aku tak apa hanya tersungkur saja, ini akibatnya karena aku ceroboh.
                
                 “Maafkan aku,” seorang wanita paruh baya mengulurkan tangannya padaku, sepertinya dia pemilik mobil berwarna hitam itu. Wanita itu malah tersenyum ramah padaku, bola matanya yang mengisyaratkan kelembutan dan kelopak matanya yang begitu teduh membuatku merasa tak asing dengan wanita ini,padahal kami baru pertama kali bertemu.

             “ Maafkan saya Nyonya, anda menabrak saya kerena kecerobohan saya sendiri." Wanita itu tak marah sama sekali, dan malah menawarkanku untuk pulang bersamanya.

        “ Terimakasih anda sudah mengantarku,ini rumahku.”

        “Benarkah kau tinggal disini?, di panti asuhan ini,” tanyanya tampak terkejut.

          “ Tentu ini rumahku,aku di besarkan di tempat ini.” Jawabku apa adanya,

             “ Siapa namamu nak?"

          “Keyla Anastasya Syahrika,panggil aku Key,” Wanita itu membisu, diam dan melajukan mobilnya begitu saja, aku merasa bingung dengan perubahan sikapnya itu. Entahlah.

         “ Assalamualaikum.” Salam ku pada semua keluarga panti yang saat ini tengah berkumpul di aula depan,

              “Waalaikum salam, masuklah sayang,”

               “Ada apa ini, tumben kumpul-kumpul.”

        Ibu Rena mempersilahkan ku untuk duduk disampingnya, Ibu Rena menarik nafas panjang dan menceritakan hal yang sulit untuk ku percaya, ini perihal ibu kandungku,

          Ya! Benar, kenapa selama bertahun-tahun mencari, informasi ini baru didapatkan sekarang, Allah yang maha tahu dimana ibuku, tapi kenapa Engkau sembunyikan selama bertahun-tahun?
Aku bersyukur dan bahagia dengan kabar ini akhirnya sebentar lagi aku dapat melihat ibu kandungku yang selama ini tak terbayangkan sedikitpun.  Namun, ada rasa sedih disini,

      ”jika dia yang telah membuangku, lalu,untuk apa aku menemuinya, toh dia tidak pernah menginginkanku hadir dalam kehidupannya.”

          “Husss, jangan berkata seperti itu sayang, kau belum tahu apa alasannya dia meninggalkkanmu disini, berfikirlah positive, bukankah ini yang kau inginkan selama bertahun-tahun?”  Aku beristighfar karena perkataanku barusan, ibu panti benar,biar bagaimanapun dia tetap ibu kandung ku, siapapun dia dan apapun kesalahannya dia tetap ibuku, dan itu sudah mutlak.*

***
3 minggu kemudian…

                 “ Berhentilah bersedih, jika dia benar-benar tak mengingatmu untuk apa kau memikirnya. Lupakan dia,”

                “Iya Elsa kau benar, seseorang memang dapat berubah jika semakin tinggi kedudukannya. Masalalu seperti aku mana mungkin akan diingat.”

          “ Key, dengarkan aku, saat ini kau pikirkan saja mimpimu, tak usah kau pikirkan Leon yang angkuh itu, jadilah berhasil dan buktikan padanya kalau kau juga mampu.” Nasihat Elsa, aku pun mengangguk mantap. Kata-kata Elsa seperti memberi semangat baru untukku, Leon, aku tak peduli lagi padanya.*

           Dua minggu lagi ujian nasional jadi aku akan mengambil cuti di penyiaran, itu ku lakukan agar aku bisa fokus dalam  mempersiapkan ujian nanti, malam ini adalah malam terakhirku on air sebeum aku cuti nanti.
               
              “Assalamualaikum,” aku masuk ke studio dan tampak sepi, kemana perginya semua member ? apakah hari ini tidak ada jadwal on air, aku memutuskan untuk pulang saja.

      "Aku mengingatmu Key, selalu mengingatmu. Maafkan kejadian kemarin saat aku berpura-pura lupa terhadapmu.” Aku langsung menoleh, dan membelalak begitu melihat Leon berdiri tepat di hadapanku..

                “Kau?!”

             “ Keyla, kau pikir apa, hanya kau yang merasa sepi tanpa aku, kau salah besar, aku jauh lebih kesepian tanpa ada Keyla. Leon rindu Keyla,” ucap Leon suaranya bergetar,

                 “ Leon, a..ku tak mengerti maksudmu.”

                “ Jangan berpura-pura tak paham, aku tahu kau menungguku bukan?, selama bertahun-tahun akhirnya hari ini aku berdiri di hadapanmu. Kau pikir Leon dapat dengan mudah melupakan Keyla, itu tidak mungkin.”

                “ Pergilah Leon, memang lebih baik kau lupakan aku saja. Urusi saja karirmu saat ini.” Ucapan dengan hatiku sangat bertolak belakang.

                 “ Keyla marah padaku, maafkan aku, Keyla dengarkan aku, aku tidak bahagia dengan hidupku saat ini, aku jauh lebih bahagia ketika berada di panti bersama Keyla, juga Elsa. Key maafkan aku,” pinta Leon, dengan tangan mengulur menggapai tanganku,

                 Tak kuasa ku tahan air mataku, Allah telah mengabulkan do’aku selama ini,orang yang begitu aku rindukan akhirnya kembali jadi untuk apa aku menyia-nyiakannya, dengan senyum mengembang aku memeluk tubuh Leon melepas kerinduan yang selama ini tak terungkapkan.

                 “ Terimakasih Leon,” kataku

            “Untuk apa,” Leon masih memelukku erat,

    "Terimakasih karena kau masih mengingatku,” Kami pun tenggelam dalam kebahagiaan masing-masing, malam ini tampak  sempurna untukku.*

 ***
      Pertemuan atau Perpisahan?  Aku mendapat satu kebahagiaan dan itu lebih dari cukup untukku, namun Allah memberiku lebih dari itu, aku tidak menyangka di hari inilah aku akan bertemu dengan ibuku, Ibu panti sudah memberikan alamatnya padaku, saat ini aku tengah menuju alamat ini.

               “ Stop pa! ini argo nya, terimakasih.” Aku pun turun dari taksi, ada rasa gugup begitu melihat rumah mewah tempat ibuku tinggal. Benarkah ini alamatnya?

               Aku merasa gugup karena sebentar lagi aku akan tahu siapa ibu yang sudah melahirkanku itu. Aku mengetuk pintu “Tok..tok..tok.” Seorang nenek membukakan pintu,

             “ Mau cari siapa ya..?” Tanya nya padaku,

       “ Benarkah ini alamat nya ibu Sifa?” Tanyaku sopan,

  “ Iya, silahkan masuk,” beliau mempersilahkanku masuk.

            “ Sebentar yah saya panggilkan nyonya dulu,” Aku pun mengangguk, ada rasa tak sabar dalam hatiku, apa yang harus ku jelaskan mengenai kedatanganku ini.

              “ Anda mencari saya?” aku meoleh ke asal suara, dan, wanita itu, wanita yang pernah menabrakku waktu itu. Benarkah dia ibuku? Wanita ramah itu ibuku, aku diam membisu menatapnya dalam diam, ada desiran di hatiku, ku tahan kuat-kuat airmataku agar tidak jatuh.

        “ Keyla, benarkan?” tanya nya memastikan, aku pun mengangguk, aku menarik nafas berat, aku takut mengatakan nya, bagaimana jika wanita ini tidak mengakui ku sebagai putrinya, ada berbagai pertanyaan yang ingin sekali ku lontarkan padanya.
Kenapa kau membuangku ibu?
Apa sebabnya?
Apa kau membenciku?
Apa salahku ibu?
Apakah aku ini beban untukmu?
Kenapa kau  tak pernah mencoba untuk mencariku, apa kau tidak mengingatku, apa aku tak berarti apa-apa untukmu ibu?

           Rupanya, tanpa sadar semua pertanyaan itu sudah meluncur begitu saja dari bibir mungilku, aku baru sadar ketika melihat ekspresi syok di wajah wanita itu.

            “ Apa? Dia ibumu?”Leon, dari mana dia datang,dan kenapa dia kemari. Kenapa Leon terkejut,
    
           “ Jawab Keyla!”

      “ Iya, dia ibuku, ibu yang telah membuangku, aku kesini hanya ingin mengetahui alasan kenapa dia meninggalkanku begitu saja. Apa kesalahanku padanya ?!” Tudingku pada wanita itu,

            “ Ibu, kenapa kau hanya diam?” Leon memanggilnya ibu, itu berarti  wanita yang telah mengadopsi Leon itu adalah ibuku sendiri?!

            Begitu sempit kah dunia ini Tuhan? Wanita itu hanya diam,dan diam, dia bahkan tak berani menatapku, itu berarti benar. Aku ini memanglah putrinya.

            “ Tak perlu kau jawab ibu! Sudah cukup aku mengetahui bahwa ibuku masih hidup, aku sudah bahagia, aku tidak meminta apapun darimu,termasuk pengakuanmu itu, aku tidak akaan pernah mengganggu kehidupanmu dan juga putra tersayangmu ini,” dengan luka mendalam aku berusaha setegar mungkin.

               Aku berjalan menjauh, meninggalkan Leon dan wanita yang kusebut ibu namun terasa asing bagiku, Aku terluka, bukan jasmani namun batinku, kenapa harus ada pertemuan jika memang menyakitkan? Ibu, setidaknya cegah aku, namun kau hanya diam membisu. Jawablah satu saja pertanyaanku, namun kau tetap diam.

             “ Tunggu!” aku menghentikan langkahku,

               “ Benarkah kau ingin tahu kenapa aku membuangmu?, baiklah akan ku jelaskan. Aku terpaksa melakukannya, karena kau lahir bukan karena keinginan, bahkan ayahmu saja tak mau bertanggung jawab atasmu. Aku tak berdaya untuk itu, maafkan aku…

            Plakk! Saperti ada tamparan keras di dadaku, benarkah ini yang namanya kenyataan?, aku tak di inginkan?, aku menelan dalam-dalam kenyataan itu, air mata saja tak cukup untuk melambangkan kesedihanku ini,

           Aku pergi dan meninggalkan mereka, aku bersumpah tak akan pernah kembali lagi kerumah ini, kenyataan yang ku terima saja sudah cukup untuk saat ini, masa lalu biarlah terkubur, aku akan melupakannya, dan ibu, berbahagialah dengan kehidupanmu sekarang, aku tidak akan pernah mengusikmu lagi. Ibu ku adalah bu Rena tak ada yang lain, itu keputusanku.*
 ***

               “  Fokus Keyla, aku harus bisa melewati ujian akhir ini, dan meraih peringkat pertama urutan paralel. Ini mimpi terbesarku sejak kecil, kuliah di London, dan harus ku wujudkan mimpi ku itu.*

Hari H (Pengumuman Kelulusan)

     “Keyla, Ya Tuhan! Kau benar-benar mendapat peringkat pertama, Key,kau hebat. Tapi aku sedih, kau akan meninggalkanku sebentar lagi.” Elsa mengguncang-guncangkan tubuhku, rasanya aku ingin berteriak memarahinya, namun karena kabar membahagiakan ini aku tak bisa marah padanya, “Jangan sedih, aku akan segera kembali dari study ku aku akan memajukan panti ini, aku akan memenuhi semua harapan kalian padaku,terutama  bu Rena yang sudah seperti ibuku sendiri.” Ucap ku tulus pada Elsa,
          
            Rasanya aku seperti sedang terbang, dan bertahta di awan begitu mendengar kabar ini. Tapi, tidak aku khawatir jika aku berharap terbang dan bertahta di awan aku akan jatuh tersungkur dari atas, tidak, aku tidak ingin itu terjadi. Impianku ini harus benar-benar terwujud, tidak akan ku biarkan emosiku menghalanginya, ini adalah awal dari perjuanganku yang sesungguhnya.

         “ Key, ada yang ingin bertemu denganmu.” Elsa berteriak dari luar kamar ku,

              “ Iya aku akan keluar.” Balas ku,

    “Siapa?” seorang wanita duduk membelakangi ku. Ibu Syifa? Pikirku, dan aku tampak gugup,

                 “ Keyla, kemarilah.” Pinta nya,

          “ Aku sibuk, maaf sebaiknya anda pulang.”

            Aku berbalik namun berpapasan dengan ibu Rena, dia menarik tanganku dan menasihati ku, “ Dia ibu mu, ibu yang sudah melahirkanmu, kenapa kau bersikap dingin padanya.”

              “Apakah wanita itu pantas ku sebut ibu, bahkan dia sendiri tak pernah menginginkan kehadiran ku di dunia. Kenapa baru sekarang dia sadar, jika bukan aku yang mencari nya apakah dia akan mencari ku? Tidak, dia bahkan tak pernah mengingat ku sekalipun.” Sangkal ku aku sudah terlanjur emosi namun nada bicara ku masih tenang.

     “ Keyla, siapapun dia dan apapun kesalahannya tolong maafkan, tanpa adanya dia kau tidak akan pernah lahir di dunia ini. Itu masa lalu nya kenapa harus kau ungkit masa lalu itu jika memang menyakitkan, Keyla temui ibumu dan maafkan dia, sebelum kau menyesal nanti.” Kata-kata ibu Rena barusan menyadarkan ku, aku tahu tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi, aku tak boleh mementingkan egoku sendiri.

                Aku menemukan ibuku kembali, bu Rena benar,” lupakan masa lalu yang pahit dan ukirlah masa depan yang penuh dengan warna.” Lengkap sudah keberkahan yang Allah berikan di hari kelulusanku ini, 

           “ Terimaksih Allah, di balik semua cobaan yang pernah Engkau berikan padaku ternyata di balik itu semua tersembunyi kebahagiaan. Rasa syukur saja tak cukup untuk mengungkapkan perasaanku saat ini kepada Mu ya Rob.” Aku masih terus menatap  langit senja dengan senyum mengembang, merasakan kehadiran sang kuasa yang seolah tengah mendekapku saat ini.*

       “Berhati-hatilah putriku, lekaslah kembali.” Baru kali ini rasanya aku di belai seorang ibu, jika aku harus meninggalkan negeriku itu pun dengan restu ibu. Dan hatiku jadi merasa tenang.

            “ Jaga dirimu baik-baik bu, dan ibu Rena juga, dan kau Elsa. Ku titipkan kedua ibuku padamu, jaga mereka sampai aku kembali. Ingat itu ?!” aku berpura-pura  tegas pada Elsa

            “ Jangan risaukan itu, percayakan itu padaku. Pergilah dan segeralah kembali dengan keberhasilanmu di sana. Oke ?!”

             Aku mengangguk mantap, aku memeluk mereka satu persatu pelukan perpisahan. Rasanya sedih jika harus pergi jauh dari keluarga, tapi harus bagaimana lagi, demi cita-cita ku menjadi seorang Dokter, apapun akan ku lakukan termasuk jauh dari mereka. Dan saat nanti aku kembali, akan ku abdikan apa yang ku peroleh untuk negeri ini, dokter adalah profesi yang mulia untuk ku.*

***

             Aku sudah berada di pesawat, dan tinggal 10 menit lagi akan lepas landas. Namun, ada kejanggalan disini kenapa aku merasa tak asing dengan seseorang di samping ku.  Dia pria dengan wajah tertutup topi, apa aku harus menegur sapa tapi rasanya tak sopan.  Hanya saja dia tampak tak asing untuk ku?

          “ Emm permisi, apakah anda tertidur?” tanyaku sekedar basa-basi. Pria itu hanya menggeleng,

            “ Ooh…” aku hanya ber”Oh” ria.

         “ Apa kau benar-benar ingin meninggalkan ku?”

            “Hah?” aku tersentak mendengar suara itu

            “ Leon?! Kau ! kenapa kau mengikuti ku.” Aku memicingkan mata ku, mentapnya tajam.

           “ Keyla, kau tidak pamit padaku, kenapa, apa kau marah?”

            Aku menggeleng tidak. “ Lalu?”

    “ Leon, ku pikir kau sibuk dengan pekerjaanmu jadi ya sudah aku tak ingin mengganggu.” Alasanku.

             “ Sepenting itukah pekerjaanku dari pada dirimu?! Ayo jawab.” Aku sedikit kikuk dengan pertanyaan aneh nya itu.

            “ Aku tak tau..” 

           “ Eh, Leon cepatlah turun. Sebentar lagi lepas landas.” Perintah ku.

         “ Tidak. Aku akan ikut denganmu.” Ujarnya keras kepala.

            “ Kenapa? Apa kau pikir aku ini akan pergi liburan, Leon aku akan melanjutkan study ku di sana. Jadi pergilah,”

             “ Ku bilang tidak. Aku akan ikut dengan mu. Jika aku pergi, siapa yang akan menjaga mu disana. Tidak akan ku biarkan kau sendirian di negeri orang.”

              “ Leon…

             “ Huss diamlah!, jangan membantah ku.”

             “ Kau keras kepala!” Kata ku tajam.

            “ Key,,,” panggilnya,

            “Hmmm apa?” jawabku singkat.
              “ Aku mencintai mu, aku tidak berharap banyak untuk itu, aku hanya ingin kau tahu perasaanku yang sebenar nya,”

              Degg! Aku tersentak mendengar ucapan Leon barusan, mungkin kali ini aku juga harus mengakui perasaan ku yang sama, “ Leon sangat berarti untuk Keyla.”

            “  Tapi Leon, untuk saat ini impian ku jauh lebih besar dari perasaan apapun. Kita bicarakan itu setelah aku berhasil,”

         Leon mengangguk mantap, “ Aku akan menunggu saat itu,” Sejenak aku menatapnya namun langsung ke palingkan wajahku ke arah jendela, tersungging senyum manis dari bibirku, wajah ku merona begitu mengingat kata “ Cinta”.

           Aku menerawang langit yang terasa begitu dekat dengan ku, berjuta kata terimakasih untukmu Tuhan, meski banyak lubang dalam kehidupan ku sebelumnya, namun Engkau lah yang telah menuntunku agar aku tak terjelembap ke dalam lubang itu.
Untuk saat ini kata cinta itu biar ku simpan dan ku titipkan atas nama Alllah swt.*

         “ Thanks for you… God.”

***
End


@Skymoon_original


Tolong tinggalkan jejak kalian di pos coment oke! 

Komentar

Populer

Analisis Puisi “ IBU” Karya D. Zawawi Imron

  “ IBU” Karya D. Zawawi Imron   Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir Bila aku merantau Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku Dan ibulah yang meletakkan aku di sini Saat bunga kembang menyerbak bau sayang Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi Aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera Sempit lautan teduh Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh Lokan-lokan, mutiara dan kembaang laut semua bagiku Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu Lantaran aku tahu Engkau ibu dan aku anakmu Bilaa berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ANALISIS PUISI WS RENDRA 'Orang-orang miskin'

  Orang-Orang Miskin karya : WS Rendra Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka. Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, mengandung buah jalan raya. Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. Tak bisa kamu abaikan. Bila kamu remehkan mereka, di jalan  kamu akan diburu bayangan. Tidurmu akan penuh igauan, dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Jangan kamu bilang negara ini kaya karena orang-orang berkembang di kota dan di desa. Jangan kamu bilang dirimu kaya bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. Dan perlu diusulkan agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa. Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam tidur mala

Tentangku dan Rasa

Source pic by : pinterest Dulu aku sempat berpikir jika manusia memang terlahir dengan kesempurnaan mereka masing-masing. Namun pada akhirnya aku menyadari, jika tidak ada satu orang pun yang memiliki kesempurnaan sedetil-detilnya. Jika memikirkan kita terlahir sempurna itu termasuk pelanggaran ketaqwaan kepada sang pencipta. Maka berlagak seolah kita sempurna adalah pelanggaran terbesarnya. Maka dari itulah, kehidupan ku yang porak poranda. Jiwaku yang terkekang, dan hatiku yang lama mati rasa, adalah bentuk dari ketidak sempurnaan yang di berikan oleh-Nya. Rasanya berat berbagi serpihan kisah ini, dan menuangkan kisahnya dalam bentuk tulisan. Namun, ku kuatkan tekadku untuk menceritakannya. Karena bagiku, ini bukanlah kisah dramastis ala bollywood maupun drama korea yang penuh dengan fantasi. Kisah ini, ku tuangkan penuh ketulusan, dan rasa syukur karena ku harap dapat menginspirasi semua orang. Aku bukanlah gadis periang yang acuh terhadap semua cobaan, aku kera

Analisis Intertekstual Puisi ‘Malin Kundang ’ Karya Joko Pinurbo

  MALIN KUNDANG Puisi Joko Pinurbo Malin Kundang pulang menemui ibunya yang terbaring sakit di ranjang. Ia perempuan renta, hidupnya tinggal menunggu matahari angslup ke cakrawala.   “Malin, mana istrimu?” “Jangankan istri, Bu. Baju satu saja robek di badan.” Perempuan yang sudah tak tahan merindu itu seakan tak percaya. Ia menyelidik penuh curiga.   “Benar engkau Malin?” “Benar, saya Malin. Lihat bekas luka di keningku.” “Tapi Malin bukanlah anak yang kurus kering dan compang-camping. Orang-orang telah memberi kabar bahwa Malin, anakku, akan datang dengan istri yang bagus dan pangkat yang besar.” “Mungkin yang Ibu maksud Maling, bukan Malin.” “Jangan bercanda, mimpiku telah sirna.”   Walau sakit, perempuan itu memberanikan diri bertanya: “Ke mana saja engkau selama ini?” “Mencari ayah di Jakarta.” Lalu kata ibu itu: “Ayahmu pernah pulang dan aku telah sukses mengusirnya.”   “Benar engkau Malin?” Ibu itu masih juga sangsi. Dan ana

Boneka 1

    14 Juni 2006. Hari ulang tahunku yang ke-5, Ibu diam-diam memberiku boneka berbentuk hati berwarna merah, dan meletakkan di tepi ranjangku. Aku senang, sampai sekarang boneka itu masih bertengger manis di ranjangku.      14 Juni 2007. Hari ulang tahunku yang ke-6, Ayah mengajakku pergi ke plaza, tanpa Ibu, hanya ada aku dan adikku. Aku senang, karena setelah satu tahun aku akhirnya bertemu Ayah, dia mengingat hari ulang tahunku, dan memberiku boneka anjing dan domba.     14 Juni 2008. Tidak ada lagi yang memberiku boneka.  Mungkin kamarku sudah penuh boneka, jadi boneka tidak diperlukan lagi.      14 Juni 2009. Tidak ada lagi laki-laki itu...kemana hilangnya?  Lagi-lagi aku hanya bisa bilang "entah"     14 Juni 2010. Aku diperkenalkan dengan orang asing, yang harus ku sebut dengan sebutan "Ayah" Baiklah.      14 Juni 2011. Ibuku seperti orang asing. Aku tidak begitu dekat  dengannya. Bahkan saat didekatnya, hanya ada rasa takut menjalariku.