Langsung ke konten utama

Postingan

Venus

Apa kau mau menjadi Venusku? Atau aku yang menjadi Venusmu? Apa hanya aku yang selalu menunggu pijar paling terangmu? Atau kau juga tengah menatapku dengan mata bulatmu? Apa aku berhak diam-diam memandangimu, Venusku? Atau ternyata, Kau-lah yang diam-diam memandangku dari arah yang kabur. Aku tidak tahu, karena Venus tak berkedip. Dia bersinar paling terang, memberiku harapan, Tapi pada dasarnya, bukan hanya aku, Tapi, Venusku, memberi harapan pada semua orang. Tapi hanya aku, yang terlalu berharap.

Dua Muka

Hey Puan,  telah kupentaskan "Puisi Senja" dan kumenangkan sebuah piala. Kulihat sirat wajahmu senang. Tapi, hatimu malah meremang. Ah,  pagi ini kudengar sebuah kabar. Kau bilang aku seperti angin menyejukkan. Malam harinya, kulihat kau berbisik padanya. Kau bilang,  "Dia adalah abu yang tersapukan". Pbg(26/06)

Drakula

Drakula menggigitku Bukan rasa gatal yang menggelitik Drakula mencecap nadiku, Bukan bintik merah yang bertengger di kulit Drakula merenggut hatiku, Masih kuanggap angin lalu Taringnya menghisap darahku, Menggantinya dengan air rindu, Drakula tak tahu malu, Aku kini sebongkah raga tanpa nyawa Seenaknya kau menghilang di masa lalu, Hey Drakula,  aku ingin menghabisimu! Sayangnya, Drakula tak takut pada baygon . *** Pbg, 16 maret 2020

Boneka 2

Andai aku sebuah boneka Meski aku tak bisa menghirup udara Aku tak merasa sesak di dada Andai aku sebuah boneka Meski pukulan keras menimpaku tak akan muncul lebam padaku Andai aku sebuah boneka meski aku menangis air mata tidak akan pernah mengalir Tapi, jika aku menjadi boneka Baik di dalam lemari, atau kabinet besi aku, tetap akan ditinggalkan.

Boneka 1

    14 Juni 2006. Hari ulang tahunku yang ke-5, Ibu diam-diam memberiku boneka berbentuk hati berwarna merah, dan meletakkan di tepi ranjangku. Aku senang, sampai sekarang boneka itu masih bertengger manis di ranjangku.      14 Juni 2007. Hari ulang tahunku yang ke-6, Ayah mengajakku pergi ke plaza, tanpa Ibu, hanya ada aku dan adikku. Aku senang, karena setelah satu tahun aku akhirnya bertemu Ayah, dia mengingat hari ulang tahunku, dan memberiku boneka anjing dan domba.     14 Juni 2008. Tidak ada lagi yang memberiku boneka.  Mungkin kamarku sudah penuh boneka, jadi boneka tidak diperlukan lagi.      14 Juni 2009. Tidak ada lagi laki-laki itu...kemana hilangnya?  Lagi-lagi aku hanya bisa bilang "entah"     14 Juni 2010. Aku diperkenalkan dengan orang asing, yang harus ku sebut dengan sebutan "Ayah" Baiklah.      14 Juni 2011. Ibuku seperti orang asing. Aku tidak begitu dekat  dengannya. Bahkan saat didekatnya, hanya ada rasa takut menjalariku. 

Ubi

Ubi Ibu membawa ubi Katanya "ini dari rumah Bibi" Lalu kulahap ubi Bibi Ibu lalu pergi Ibu tak lagi kembali Aku bertanya, "kenapa ibu pergi? " Apa karena sepotong ubi? Aku bertanya lagi,  "kemana ibu pergi? " Apakah ke rumah Bibi? Ibuku kelaparan,  kuhampiri rumah bibi Sepi sekali, Hening sekali, Apalagi di malam hari, Hanya ada wangi melati Menghiasi rumah bibi *** Ayuni Kurnia Yogyakarta,  11 februari 2019

Review Novel "Bumi Manusia"

Judul : Bumi Manusia Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara Cetakan. : 2011 Isi : 535 hlm ISBN : 979-97312-3-2 Sinopsis. Minke adalah seorang Pribumi yang bersekolah di Eropa dan belum pernah ke Eropa. Sekolah orang – orang Eropa dan begitu terkenal di seluruh penjuru tanah air, yang mengajarkan pendidikan Belanda. Semua guru – gurunya berasal dari tanah Eropa. Minke, Pribumi berdarah Jawa mulai merasa ada yang berbeda pada dirinya semenjak masuk sekolah, sepertinya sedikit demi sedikit budaya Eropa telah masuk pada dirinya. Pribadinya sedikit melenceng menyalahi wujudnya sebagai orang Jawa. Lalu juga ada seorang gadis berkulit putih, halus, berwajah Eropa, berambut dan bermata Pribumi, bernama Annelies Mellema. Minke begitu terpukau, dan inilah gadis yang dimaksud Surhorf. Minke melihat Robert Mellema dan Surhorf tenggelam dalam obrolannya mengenai bola, dan Minke tidak mengerti. Kemudian ada sosok, Nyai Ontosoroh adalah perempuan pr