Langsung ke konten utama

Postingan

Kelambu Dunia

Pijakan ini bukanlah palang besi yang kau injak-injak dengan penuh dosa Udara ini bukanlah racun mematikan jangan kau usik kemurniannya Lautan ini bukanlah kobaran api yang membara Lalu kenapa kau musnahkan Hingga sirna keindahanku Ombak biruku, udara sehatku, tanah hijauku Jingga, biru memancar, hamparan hijau Kau renggut semua dariku Hanya tinggal kikisan dan harapan Aku harus bagaimana? Aku terjerembab di bawah sinar rembulan Yang terasa panas menyengat bak matahari sejengkalan Tetesan darah mengalir dari mataku Kau rusak istana duniaku Surga kala kita bermain Surga kala kita berlabuh Telah kau renggut secara perlahan Haruskah ku musnahkan jari-jarimu Agar kau lengah dalam mengambil harta pertiwiku Jangan anggap semua harta dunia milikmu Jangan kira hanya kau yang diberi titipan dari sang agung Aku dan segala hakku menjaga segumpal tanah pertiwiku Jangan kau renggut! Jangan kau rusak dan kau hancurkan Akulah kelambu dunia Dimana tak seorangpu

Puisi "Jam"

                                                                                JAM Aku terdiam merenung disini Sejak zaman maya hingga reformasi dan kini aku masih terdiam disini Dan waktu membawaku ke era ini Era yang penuh dengan tetesan darah Darah-darah segar yang terbuang dengan sia-sia Bahkan setetes asa tak cukup untuk Menghentikan pertumpahannya Harus kusaksikan dengan mata bulat telanjangku Apa yang bisa ku ekspresikan Akankah aku menghentikan dengan jeritan tangisku tertahan, ku hanya mampu berekpestasi Aku ingin kembali ke masa lampauku Tok..tik..tok..tik..tok Aku terus berputar mengikuti alur kehidupan Bumi ini telah bertongkat Aku kasihan melihat bumiku. semakin hari semakin aneh penghuninya Aku kasihan melihat bumiku Setiap saat kekayaannya telah dirampas paksa Aku kasihan melihat tanah nenek moyangku Kaki-kaki tanpa dosa telah menginjak dan mengotorinya. Tik..tok..tok..tik..tok Dimana penghuni rumah dunia ini

Memorable Hurts

Aku tak berharap banyak untuk dapat memiliki Dengan melihat dan merasakan Tanpa perlu menoleh Aku sudah mengerti Aku cukup puas dengan diriku sendiri Pencapaianku yang melawan waktu Kesabaran demi menanti Aku juga tidak berharap untuk kehadiran dari perasaan ini Aku ingin hidup normal Layaknya sang merpati                Aku ingin melepas penatku. Aku ingin bebas dari khayalan dan nostalgiaku tentangmu Aku lelah dan mulai penat. Aku mulai melakukan hal gila dan melayang-layang jauh. Kebenaran memberontak dari ubun-ubun kepalaku Tapi mau bagaimana mulutku saja terkunci. Yang terbebas hanya degup jantung Yang berdetak tanpa arti serasa berlari. Kapan aku akan berhenti menjadi seorang pengecut Yang hanya berani bersembunyi dibalik bayangan Aku muak dengan hidupku Kenapa tuhan memberiku perasaan Perasaan yang tak mampu ku kendalikan Aku muak dengan wajah itu Yang selalu saja menyelinap diotakku Jauh lebih buruk dari rumus matematika Yang data

I'll be Waiting

Apalah Arti Dari Sebuah Kata “Waiting” Jikalau di dunia ini sebuah penantian tanpa arti… Apa yang harus ku nanti? Sebuah penantian tanpa ujung, Berharap impian yang datang namun hanya kekecewaan, Lalu, siapa yang harus ku tunggu? Sebuah mimpi atau khayalan semata, Akankah saya dapat lelah menunggu? Kapan saya akan menyerah,             Di dalam ruangan ini ibaratkan saja diriku debu yang tak tampak, di balik kerumunan ribuan penonton yang bersorak ke arah satu tumpuan.  Sebuah acara konser musikal internasional yang saat ini tengah berlangsung. Di situlah aku berada,            Ya, aku ini bukan orang penting, jadi ya aku hanya bisa melihat nya dari kejauhan. Mendengar alunan musik yang di mainkannya saja sudah membuatku senang. Apa dan kenapa dengan diriku, tentu sangat jelas, aku sedang menikmati konser ini, dimana seseorang yang begitu ku kagumi menjadi pusat perhatian.             “ Bolehkah aku berlari ke ba