Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

PERKUTUT

  PERKUTUT   Ayahku   pergi berburu. Dia kembali saat senja memburu. Kupikir, Ayah akan kembali membawa lembu. Ternyata hanya burung dalam sangkar bambu. Namanya perkutut. Setiap hari kerjanya hanya membuat bising. Suara radio bahkan kalah nyaring olehnya. Ingin sekali-kali aku menguliti dagingnya yang tampak lezat. Tapi Ayah melarangku. Ayah bilang perkutut adalah burung berharga. Saat Ayah hampir tersesat di tengah hutan. Perkutut menunjukkan jalan pulang padanya. Baiklah, aku tidak akan menggorengnya hari ini. Kami sekeluarga punya hutang budi padanya.                  Setiap pagi perkutut bernyanyi dengan merdu. Mengalahkan ayam jago tetangganya yang fals suaranya. Lalu suatu hari. Perkutut meringkuk dalam sangkarnya. Suasana rumah menjadi sunyi. Ada apa gerangan? Apa dia kehabisan suara karena sering digunakan. Aku, bertanya pada Bibi tetangga. Dia seorang biduan. Bagaimana caranya mengembalikan suara penyanyi?                 Bibi tetangga memberiku resep, penyanyi tida

Analisis Feminisme Cerpen Gerhana Mata-Djenar Maesa Ayu

  Feminisme eksistensialis adalah feminisme yang mendambakan adanya kebebasan dalam menemukan kenikmatan diri yang tidak terpenuhi oleh sistem, bebas dari paksaan-paksaan yang ketat, dari hambatan yang tidak seharusnya. Feminisme ini lebih menekankan pada hak-hak wanita yang banyak direbut oleh sistem (adat) dan menyoroti hak-hak istimewa milik pria yang tidak dimiliki wanita. Hal tersebut-lah yang menjadi inti yang diulas dari cerpen Gerhana Bulan yang ditulis oleh Djenar Maesa Tokoh ”saya” dalam cerpen ”Gerhana Mata” ini menunjukkan bentuk kepuasaannya ketika harus menentang sistem norma. Caranya, dengan berselingkuh bersama suami orang lain. Bentuk kenikmatan tersebut dapat diamati pada kutipan berikut. “Dan hanya dialah yang saya ingin lihat, sang kekasih bak lentera benderang dalam kegulitaan pandangan mata saya. Dari sinarnyalah saya mendapatkan siang yang kami habiskan di ranjang-ranjang pondok penginapan. Saling menatap seakan hanya siang itu hari terakhir kami bi

Analisis Moral dalam Cerpen Pelajaran Mengarang-Seno Gumira

  ANAK SEORANG PELACUR DENGAN SUDUT PANDANGNYA               Pelajaran mengarang—karya Seno Gumira Ajidarma mengisahkan kebimbangan seorang anak bernama Sandra Ketika gurunya memerintahkan dia untuk membuat karangan bahagia tentang keluarganya. Saat itu, Sandra hanya bisa meninggalkan kertas kosong yang tidak tau akan diisi dengan karangan apa. Karena, dia tahu betul dirinya tidak memiliki keluarga layaknya keluarga. Realitanya dia adalah anak dari seorang pelacur. Sandra yang masih polos hanya bisa menyaksikan betapa gelapnya kehidupannya tanpa tau apa-apa. Dari sudut pandang seorang anak kecil, dia menyaksikan Ibunya yang setiap malam melayani tamu, sementara dirinya hanya bisa meringkuk mendengarkan, dan melihat. Jika dilihat dari segi moral, konflik dalam cerpen ini banyak bertentangan dengan nilai-nilai moral masyarakat. Mengapa? Pada paragraph ‘Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-bo