Langsung ke konten utama

Postingan

Analisis Intertekstual Puisi ‘Malin Kundang ’ Karya Joko Pinurbo

  MALIN KUNDANG Puisi Joko Pinurbo Malin Kundang pulang menemui ibunya yang terbaring sakit di ranjang. Ia perempuan renta, hidupnya tinggal menunggu matahari angslup ke cakrawala.   “Malin, mana istrimu?” “Jangankan istri, Bu. Baju satu saja robek di badan.” Perempuan yang sudah tak tahan merindu itu seakan tak percaya. Ia menyelidik penuh curiga.   “Benar engkau Malin?” “Benar, saya Malin. Lihat bekas luka di keningku.” “Tapi Malin bukanlah anak yang kurus kering dan compang-camping. Orang-orang telah memberi kabar bahwa Malin, anakku, akan datang dengan istri yang bagus dan pangkat yang besar.” “Mungkin yang Ibu maksud Maling, bukan Malin.” “Jangan bercanda, mimpiku telah sirna.”   Walau sakit, perempuan itu memberanikan diri bertanya: “Ke mana saja engkau selama ini?” “Mencari ayah di Jakarta.” Lalu kata ibu itu: “Ayahmu pernah pulang dan aku telah sukses mengusirnya.”   “Benar engkau Malin?” Ibu itu masih juga sangsi. Dan ana

Penjalinan Mesra Perapian

pic. by: pinterest Hangatnya api perapian, hangat bukan? Saking Hangatnya, aku mulai terbuai, Merahnya menenggelamkanku dalam nostalgia Kursi penjalin kian berdecitan Berbisik mesra "ingat aku, sayang" Tirai-tirai kumal meng’iya’kan Aroma secangkir teh, Ya,   kucium sudah aromanya.   Perapian, seperti mesin pengelana ingatan Semburat senyum teramat menyejukkan. Masih kuingat,   Senyumnya yang begitu menawan Mencipta bekas seperti ukiran   Masih dibalik perapian, Ditanganmu yang penuh rajutan Kau mulai mendongeng Kisah klasik yang sulit dilupakan   Disetiap lorong ruangan Bingkai tawamu masih menggema Jika kubuka kenyataan, Akankah seperti sebuah tamparan?   Sayang,   usiaku kini tak lagi pujangga Aku telah lupa, aku sudah renta Dikursi penjalin ini,    tinggalah aku  Menunggu uluran tanganmu dari ujung nirwana *** puisi by : Ayuni Kurnia Wulandari// @ayuni.kw

Venus

Apa kau mau menjadi Venusku? Atau aku yang menjadi Venusmu? Apa hanya aku yang selalu menunggu pijar paling terangmu? Atau kau juga tengah menatapku dengan mata bulatmu? Apa aku berhak diam-diam memandangimu, Venusku? Atau ternyata, Kau-lah yang diam-diam memandangku dari arah yang kabur. Aku tidak tahu, karena Venus tak berkedip. Dia bersinar paling terang, memberiku harapan, Tapi pada dasarnya, bukan hanya aku, Tapi, Venusku, memberi harapan pada semua orang. Tapi hanya aku, yang terlalu berharap.

Dua Muka

Hey Puan,  telah kupentaskan "Puisi Senja" dan kumenangkan sebuah piala. Kulihat sirat wajahmu senang. Tapi, hatimu malah meremang. Ah,  pagi ini kudengar sebuah kabar. Kau bilang aku seperti angin menyejukkan. Malam harinya, kulihat kau berbisik padanya. Kau bilang,  "Dia adalah abu yang tersapukan". Pbg(26/06)

Drakula

Drakula menggigitku Bukan rasa gatal yang menggelitik Drakula mencecap nadiku, Bukan bintik merah yang bertengger di kulit Drakula merenggut hatiku, Masih kuanggap angin lalu Taringnya menghisap darahku, Menggantinya dengan air rindu, Drakula tak tahu malu, Aku kini sebongkah raga tanpa nyawa Seenaknya kau menghilang di masa lalu, Hey Drakula,  aku ingin menghabisimu! Sayangnya, Drakula tak takut pada baygon . *** Pbg, 16 maret 2020

Boneka 2

Andai aku sebuah boneka Meski aku tak bisa menghirup udara Aku tak merasa sesak di dada Andai aku sebuah boneka Meski pukulan keras menimpaku tak akan muncul lebam padaku Andai aku sebuah boneka meski aku menangis air mata tidak akan pernah mengalir Tapi, jika aku menjadi boneka Baik di dalam lemari, atau kabinet besi aku, tetap akan ditinggalkan.

Boneka 1

    14 Juni 2006. Hari ulang tahunku yang ke-5, Ibu diam-diam memberiku boneka berbentuk hati berwarna merah, dan meletakkan di tepi ranjangku. Aku senang, sampai sekarang boneka itu masih bertengger manis di ranjangku.      14 Juni 2007. Hari ulang tahunku yang ke-6, Ayah mengajakku pergi ke plaza, tanpa Ibu, hanya ada aku dan adikku. Aku senang, karena setelah satu tahun aku akhirnya bertemu Ayah, dia mengingat hari ulang tahunku, dan memberiku boneka anjing dan domba.     14 Juni 2008. Tidak ada lagi yang memberiku boneka.  Mungkin kamarku sudah penuh boneka, jadi boneka tidak diperlukan lagi.      14 Juni 2009. Tidak ada lagi laki-laki itu...kemana hilangnya?  Lagi-lagi aku hanya bisa bilang "entah"     14 Juni 2010. Aku diperkenalkan dengan orang asing, yang harus ku sebut dengan sebutan "Ayah" Baiklah.      14 Juni 2011. Ibuku seperti orang asing. Aku tidak begitu dekat  dengannya. Bahkan saat didekatnya, hanya ada rasa takut menjalariku.